Welcome Meet the Great Education and Art - Let Us Doing Good and Truth Degrees For Lifting People * Dipersembahkan oleh STRINGTONE project *

2/05/2012

PENDIDIKAN NILAI


oleh: 
Iwan Sukma Nuricht

            Penanaman nilai-nilai kehidupan yang layak dengan martabat manusia sebagai makhluk yang “mulia”, ciptaan Tuhan umum dan komprehensip adalah bagaimana mendidik manusia, untuk memanusiakan manusia, menjadi manusia yang memiliki bahasa akal yang didampingi bahasa nurani dan kesadararsebut n jiwa yang religius. Untuk ini diperlukan substansi materi pendidikan nilai yang tercakup dalam agama, ideologi, dan budaya.
            Dalam hidup manusia, membutuhkan adanya tiga hal tersebut dalam mengisi dan mendidik hati nuraninya. Yang dipertahankan nilai luhurnya dalam menghadapi tantangan lawanna nilai etika yaitu kebenaran berhadapan dengan kesalahan, nilai estetika keindahan dihadapkan dengan keburukan dan nilai logika kelurusan dihadapkan dengan kekacauan akal.
            Teori dari arti, wujud dan jenis nilai dapat dipelajari secara singkat sebagai berikut :
Apa itu nilai? Secara etimologis, nilai (value = velare) diartikan sebagai harga, sebenarnya tidak ada ukuran pasti untuk menentukan; angka kepandaian, banyak sedikitnya isi; sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan; serta sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya.
            Persoalan-persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari dalam salah satu cabang filsafat yaitu filsafat nilai (axiology, theory of value), karena nilai merupakan salah satu bidang kajian filsafat. Filsafat sering juga diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah nilai di dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjukkan kata benda abstrak yang artinya keberhargaan atau kebaikan. Selain itu, istilah nilai juga untuk menunjukkan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian. Di dalam Dictionary of Sociology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai ada dan melekat pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Oleh karenanya, maka secara sederhana nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang dianggap berharga dan berguna bagi kehidupan manusia serta dinggap baik.
            Shaver dan Strong, 1982 (dalam Al Rasyidin (2005:34), memandang nilai sebagai sejumlah ukuran dan prinsip-prinsip yang kita gunakan untuk menentukan keberhargaan sesuatu. Standar dan prinsip-prinsip tersebut digunakan untuk menilai segala sesuatu (baik itu orang, objek, gagasan, tindakan, maupun situasi) sehingga hal-hal tersebut bisa dikatakan baik, berharga, dan layak atau tidak baik, tidak berguna dan hina, atau segala sesuatu yang berada diantara titik ekstrim keduanya.
            Senada dengan pendapat diatas, Winecoff, 1995 (dalam Al Rasyidin (2005:34) memaknai nilai sebagai serangkaian sikap yang menimbulkan atau menyebabkan pertimbangan yang harus dibuat untuk menghasilkan suatu standar atau serangkaian prinsip dengan mana suatu aktivitas dapat diukur. Standar-standar nilai yang dihasilkan adaah standar tentang sesuatu yang dianggap lebih baik, sebagaimana dikemukakan oleh Soekanto (1983:161) bahwa nilai berkaitan dengan standar-standar tentang sesuatu yang lebih baik, yang mencakup tentang baik atau buruk, cantik atau jelek, menyenangkan atau tidak menyenangkan, sesuai atau tidak sesuai.
            Senada dengan pendapat diatas Fraenkel (1977:6-7) merumuskan nilai (value) adalah “ide atau konsep tentang segala sesuatu yang berharga dalam kehidupan” atau :
            A value is an idea, a concept about what someone thinks as important in life. When a person values something, he or she seems it worth while – worth having, worth doing, or worth trying to obtain. The study values usually is divided into the areas of aesthetics and ethics. Aesthetics refers to the study and justification of what human being consider beautiful – what they enjoy. Ethics refers to the study and justification of conduct – how people behave. At the base study of ethics is the question of morals – the reflective consideration of what is right and wrong.
            Theodorson sebagaimna dikemukakan oleh Felly (1994:101) mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip-prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Menurut Rokeach (1973) (yang ditulis kembali oleh Poespadibrata (1993:53) menyatakan bahwa : “ … konsep nilai merupakan konsep inti yang berlaku dalam disiplin ilmu social”.
            Berkaitan dengan definisi “nilai” tersebut, Poespadibrata (1993:56-59) mengelompokkan nilai menurut suatu klasifikasi tertentu sebagai berikut:

1.       Definisi yang bersumber pada filsafat, dirumuskan oleh Spranger (1982) :
            “Values are defined as the constellation of likes, dislikes, viewpoints, should, inner inclinations, rational and irrational judgement, prejudices, and association patterns that determine a person’s view of the world”.
Nilai didefinisikan sebagai rangkaian rasa suka, tidak suka, pertimbangan keharusan, keinginan batin, keputusan baik rasional dan yang tidak rasional, pasangka, dan sekumpulan pola yang menentukan pandangan seseorang tentang kehidupannya.
Nilai sebagai suatu pandangan hidup atau posisi filosofis yang dianut seseorang. Seperti yang diungkapkan oleh Redfield (1953) : “A value is definited as a world view”; dan Yoder (1976:29): “values represent the philosophical position and preferences of individuals”.
2.      Nilai sebagai suatu konsepsi yang bersifat eksplisit dan implisit, yang bersifat khas pribadi atau yang menjadi ciri khas suatu kelompok, mengenai yang sepatutnya diingini yang mempengaruhi atau relevan dengan pemilihan cara, sarana dan tujuan tindakan. Termasuk ke dalam kelompok pandangan ini adalah sebagai berikut :
Kluckhohn (1951) : “A value is a conception, explicit or implicit, distinctive of individual or characteristic of a group, of a desirable which influences the selection from available modes, means and ends of action.”
Smith (1963): “… personal conception of the desirable that are relevant to selective behavior”.
Zavalloni (1980): “… a nation of the desirable that influences behavior”.
3.      Nilai merupakan suatu kepercayaan (belief) atau berkeyakinan yang relatif tahan lama tentang  apa yang sepatutnya atau seharusnya diingini, baik yang berhubungan dengan cara bertindak maupun keadaan akhir eksistensi yang secara pribadi atau social lebih disukai. Kepercayaan ini menjadi dasar untuk bertindak. Termasuk ke dalam kelompok ini antara lain :
Krech et al, (1962): Nilai merupakan “Belief about what is desirable or a ‘good’ and what is an undesirable or a ‘bad’.
Allport (1963): “A value is a belief upon which a man acts by preferences”.
Rokeach (1973): “Value is enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state of existence”.
4.      Definisi nilai yang menekankan kedua fungsi psikis manusia, baik aspek kognitif maupun afektif dikemukakan oleh Jones & Gerard (1967:17): ”A value expresses a relationship between a person’s emotional feeling and particular cognitive categoriesí”.
Triandis (1972): “values are relationship among abstract categories that have a strong affective component, and also as cultural patterns of preferences for certain outcomes (consequences).
5.      Nilai sebagai standar atau kriteria mengenai yang sepatutnya atau seharusnya diingini dan sekaligus berfungsi sebagai suatu panduan untuk memilih tindakan, tujuan, dan perkembangan serta pemeliharaan sikap seseorang.
Kohn (1969) : “Values are standars or desirability or criteria of preference”.
Raven & Rubin (1976:519): “A value is a basic standard or criterion that serve as a guide to action and to the development and maintenance of attitudes toward events, people and objects”.
6.      Nilai sebagai preferensi, yang dikemukakan oleh Kohn (1969), Yoder (1976), Allport (1963), Triandis (1972), Hofstede (1980) yang merumuskan nilai “Value is a broad tendency to prefer certain state of affairs over others”.
7.      Nilai sesuai dengan tingkah laku atau keadaan, yang dikemukakan oleh Gordon (1975): “Values are constructs representing generalized behaviors or state of affairs that are considered by the individual to be important”.
Klasifikasi nilai diatas memberikan kesimpulan bahwa ‘nilai’ merupakan suatu konsep baik berupa konsep-dalil-teori hokum maupun suatu kepercayaan yaitu semangat, jiwa, harga, makna, pesan, fungsi, yang berkaitan dengan hal-hal yang dianggap penting dan seharusnya atau sepatutnya diingini yang memiliki sifat imperative serta lebih disukai, bersifat relative tetap, eksplisit dan implisit.
            Dari pemaparan tentang arti nilai secara terminologis dari beberapa tokoh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
·         Nilai merupakan seperangkat keyakinan, ide atau konsep, standar atau prinsip dan harga yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang yang bersifat abstrak yang dijadikan pedoman dalam bertindak dan bertingkah laku, dan karena sifatnya yang abstrak, nilai hanya dapat dilihat  melalui indikator-indikatornya.
·         Nilai bukanlah keinginan, tetapi apa yang diinginkan. Atinya, nilai itu bukan hanya diharapkan tetapi diusahakan sebagi suatu yang pantas dan benar bagi diri sendiri dan orang lain. Ukuan-ukuran yang dipakai untuk mengatasi kemauan pada saat dan situasi tertentu itulah yang dimaksud dengan nilai.
·         Nilai merupakan suatu bentuk perasaan-perasaan tentang apa yang diinginkan atau tidak diinginkan yang mempengaruhi perilaku social dari orang yang memiliki nilai itu.
·         Nilai bukanlah soal benar atau salah, tetapi soal dikehendaki atau tidak, disenangi atau tidak.
·         Nilai merupakan kumpulan sikap dan perasaan-perasaan yang selalu diperlihatkan melalui perilaku oleh manusia.
Jadi nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.