oleh:
Iwan Sukma Nuricht
Penanaman nilai-nilai kehidupan yang
layak dengan martabat manusia sebagai makhluk yang “mulia”, ciptaan Tuhan umum
dan komprehensip adalah bagaimana mendidik manusia, untuk memanusiakan manusia,
menjadi manusia yang memiliki bahasa akal yang didampingi bahasa nurani dan
kesadararsebut n jiwa yang religius. Untuk ini diperlukan substansi materi
pendidikan nilai yang tercakup dalam agama, ideologi, dan budaya.
Dalam hidup manusia, membutuhkan
adanya tiga hal tersebut dalam mengisi dan mendidik hati nuraninya. Yang
dipertahankan nilai luhurnya dalam menghadapi tantangan lawanna nilai etika
yaitu kebenaran berhadapan dengan kesalahan, nilai estetika keindahan
dihadapkan dengan keburukan dan nilai logika kelurusan dihadapkan dengan
kekacauan akal.
Teori dari arti, wujud dan jenis
nilai dapat dipelajari secara singkat sebagai berikut :
Apa
itu nilai? Secara etimologis, nilai (value
= velare) diartikan sebagai harga, sebenarnya tidak ada ukuran pasti untuk
menentukan; angka kepandaian, banyak sedikitnya isi; sifat-sifat (hal-hal) yang
penting atau berguna bagi kemanusiaan; serta sesuatu yang menyempurnakan
manusia sesuai dengan hakikatnya.
Persoalan-persoalan tentang nilai
dibahas dan dipelajari dalam salah satu cabang filsafat yaitu filsafat nilai (axiology, theory of value), karena nilai
merupakan salah satu bidang kajian filsafat. Filsafat sering juga diartikan
sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah nilai di dalam bidang filsafat
dipakai untuk menunjukkan kata benda abstrak yang artinya keberhargaan atau
kebaikan. Selain itu, istilah nilai juga untuk menunjukkan kata kerja yang
artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan
penilaian. Di dalam Dictionary of
Sociology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan
yang dipercayai ada dan melekat pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Oleh
karenanya, maka secara sederhana nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang
dianggap berharga dan berguna bagi kehidupan manusia serta dinggap baik.
Shaver dan Strong, 1982 (dalam Al
Rasyidin (2005:34), memandang nilai sebagai sejumlah ukuran dan prinsip-prinsip
yang kita gunakan untuk menentukan keberhargaan sesuatu. Standar dan
prinsip-prinsip tersebut digunakan untuk menilai segala sesuatu (baik itu
orang, objek, gagasan, tindakan, maupun situasi) sehingga hal-hal tersebut bisa
dikatakan baik, berharga, dan layak atau tidak baik, tidak berguna dan hina,
atau segala sesuatu yang berada diantara titik ekstrim keduanya.
Senada dengan pendapat diatas,
Winecoff, 1995 (dalam Al Rasyidin (2005:34) memaknai nilai sebagai serangkaian
sikap yang menimbulkan atau menyebabkan pertimbangan yang harus dibuat untuk
menghasilkan suatu standar atau serangkaian prinsip dengan mana suatu aktivitas
dapat diukur. Standar-standar nilai yang dihasilkan adaah standar tentang
sesuatu yang dianggap lebih baik, sebagaimana dikemukakan oleh Soekanto
(1983:161) bahwa nilai berkaitan dengan standar-standar tentang sesuatu yang
lebih baik, yang mencakup tentang baik atau buruk, cantik atau jelek, menyenangkan
atau tidak menyenangkan, sesuai atau tidak sesuai.
Senada dengan pendapat diatas
Fraenkel (1977:6-7) merumuskan nilai (value)
adalah “ide atau konsep tentang segala sesuatu yang berharga dalam kehidupan”
atau :
A
value is an idea, a concept about what someone thinks as important in life.
When a person values something, he or she seems it worth while – worth having,
worth doing, or worth trying to obtain. The study values usually is divided
into the areas of aesthetics and ethics. Aesthetics refers to the study and
justification of what human being consider beautiful – what they enjoy. Ethics
refers to the study and justification of conduct – how people behave. At the
base study of ethics is the question of morals – the reflective consideration
of what is right and wrong.
Theodorson sebagaimna dikemukakan
oleh Felly (1994:101) mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak,
yang dijadikan pedoman serta prinsip-prinsip umum dalam bertindak dan
bertingkah laku. Menurut Rokeach (1973) (yang ditulis kembali oleh
Poespadibrata (1993:53) menyatakan bahwa : “ … konsep nilai merupakan konsep
inti yang berlaku dalam disiplin ilmu social”.
Berkaitan dengan definisi “nilai”
tersebut, Poespadibrata (1993:56-59) mengelompokkan nilai menurut suatu
klasifikasi tertentu sebagai berikut:
1. Definisi yang bersumber pada filsafat,
dirumuskan oleh Spranger (1982) :
“Values
are defined as the constellation of likes, dislikes, viewpoints, should, inner
inclinations, rational and irrational judgement, prejudices, and association
patterns that determine a person’s view of the world”.
Nilai
didefinisikan sebagai rangkaian rasa suka, tidak suka, pertimbangan keharusan,
keinginan batin, keputusan baik rasional dan yang tidak rasional, pasangka, dan
sekumpulan pola yang menentukan pandangan seseorang tentang kehidupannya.
Nilai sebagai
suatu pandangan hidup atau posisi filosofis yang dianut seseorang. Seperti yang
diungkapkan oleh Redfield (1953) : “A
value is definited as a world view”;
dan Yoder (1976:29): “values represent
the philosophical position and preferences of individuals”.
2. Nilai
sebagai suatu konsepsi yang bersifat eksplisit dan implisit, yang bersifat khas
pribadi atau yang menjadi ciri khas suatu kelompok, mengenai yang sepatutnya
diingini yang mempengaruhi atau relevan dengan pemilihan cara, sarana dan
tujuan tindakan. Termasuk ke dalam kelompok pandangan ini adalah sebagai
berikut :
Kluckhohn (1951)
: “A value is a conception, explicit or
implicit, distinctive of individual or characteristic of a group, of a
desirable which influences the selection from available modes, means and ends
of action.”
Smith (1963): “…
personal conception of the desirable that
are relevant to selective behavior”.
Zavalloni
(1980): “… a nation of the desirable that
influences behavior”.
3. Nilai
merupakan suatu kepercayaan (belief)
atau berkeyakinan yang relatif tahan lama tentang apa yang sepatutnya atau seharusnya diingini,
baik yang berhubungan dengan cara bertindak maupun keadaan akhir eksistensi
yang secara pribadi atau social lebih disukai. Kepercayaan ini menjadi dasar
untuk bertindak. Termasuk ke dalam kelompok ini antara lain :
Krech et al,
(1962): Nilai merupakan “Belief about
what is desirable or a ‘good’ and what is an undesirable or a ‘bad’.
Allport (1963):
“A value is a belief upon which a man
acts by preferences”.
Rokeach (1973):
“Value is enduring belief that a specific
mode of conduct or end-state of existence is personally or socially preferable
to an opposite or converse mode of conduct or end-state of existence”.
4. Definisi
nilai yang menekankan kedua fungsi psikis manusia, baik aspek kognitif maupun
afektif dikemukakan oleh Jones & Gerard (1967:17): ”A value expresses a relationship between a person’s emotional feeling
and particular cognitive categoriesí”.
Triandis (1972):
“values are relationship among abstract
categories that have a strong affective component, and also as cultural
patterns of preferences for certain outcomes (consequences).
5. Nilai
sebagai standar atau kriteria mengenai yang sepatutnya atau seharusnya diingini
dan sekaligus berfungsi sebagai suatu panduan untuk memilih tindakan, tujuan,
dan perkembangan serta pemeliharaan sikap seseorang.
Kohn (1969) : “Values are standars or desirability or
criteria of preference”.
Raven &
Rubin (1976:519): “A value is a basic
standard or criterion that serve as a guide to action and to the development
and maintenance of attitudes toward events, people and objects”.
6. Nilai
sebagai preferensi, yang dikemukakan oleh Kohn (1969), Yoder (1976), Allport
(1963), Triandis (1972), Hofstede (1980) yang merumuskan nilai “Value is a broad tendency to prefer certain
state of affairs over others”.
7. Nilai
sesuai dengan tingkah laku atau keadaan, yang dikemukakan oleh Gordon (1975): “Values are constructs representing generalized
behaviors or state of affairs that are considered by the individual to be
important”.
Klasifikasi
nilai diatas memberikan kesimpulan bahwa ‘nilai’ merupakan suatu konsep baik
berupa konsep-dalil-teori hokum maupun suatu kepercayaan yaitu semangat, jiwa,
harga, makna, pesan, fungsi, yang berkaitan dengan hal-hal yang dianggap
penting dan seharusnya atau sepatutnya diingini yang memiliki sifat imperative
serta lebih disukai, bersifat relative tetap, eksplisit dan implisit.
Dari pemaparan tentang arti nilai
secara terminologis dari beberapa tokoh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
·
Nilai merupakan seperangkat keyakinan,
ide atau konsep, standar atau prinsip dan harga yang dimiliki seseorang atau
sekelompok orang yang bersifat abstrak yang dijadikan pedoman dalam bertindak
dan bertingkah laku, dan karena sifatnya yang abstrak, nilai hanya dapat
dilihat melalui indikator-indikatornya.
·
Nilai bukanlah keinginan, tetapi apa
yang diinginkan. Atinya, nilai itu bukan hanya diharapkan tetapi diusahakan
sebagi suatu yang pantas dan benar bagi diri sendiri dan orang lain.
Ukuan-ukuran yang dipakai untuk mengatasi kemauan pada saat dan situasi
tertentu itulah yang dimaksud dengan nilai.
·
Nilai merupakan suatu bentuk
perasaan-perasaan tentang apa yang diinginkan atau tidak diinginkan yang
mempengaruhi perilaku social dari orang yang memiliki nilai itu.
·
Nilai bukanlah soal benar atau salah,
tetapi soal dikehendaki atau tidak, disenangi atau tidak.
·
Nilai merupakan kumpulan sikap dan
perasaan-perasaan yang selalu diperlihatkan melalui perilaku oleh manusia.
Jadi
nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir
yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.