Oleh : Prof. Supardi
A. PENDAHULUAN
Setiap guru yang telah senior merasakan bahwa kenaikan pangkat dari
IIIa ke Pembina/IVa sangat mudah, cepat dan lancar tanpa dituntut
persyaratan yang dapat memberatkan guru, akibatnya sangat banyak guru
yang menduduki pangkat/jabatan tersebut. Sedangkan untuk menduduki
Pembina Tk.I/gol. IVb harus mempunyai nilai kredit pengembangan profesi.
Mengapa banyak guru Pembina/gol. IVa usulan kenaikan pangkatnya banyak
yang belum berhasil? Karena karya ilmiah (KTI) yang diusulkan belum
memenuhi syarat, antara lain: (a)banyak KTI yang tidak asli, jiplakan,
bukan buatan sendiri, (b) KTInya berisi uraian yang terlalu umum, tidak
berkaitan dengan permasalahan atau kegiatan nyata yang dilakukan guru
dalam mengembangakan rofesinya, (c) sistematika tulisannya tidak
mengikuti sistematika karya ilmiah.
Apakah untuk naik ke Pembina Tk I/IVb melalui pengembangan profesi
sangat berat? Sebenarnya tidak asalkan mau berusaha, belajar, dan
menulis sesuai dengan profesinya sebagai guru. Apakah KTI merupakan
satu-satunya kegiatan pengembangan profesi? Tidak, KTI bukan merupakan
satu-satunya kegiatan pengembangan profesi guru. Namun, karena berbagai
alasan yang antara lain belum jelasnya petunjuk operasional pelaksanaan
dan penilaian dari kegiatan selain KTI, maka kegiatan pengembangan
profesi sebagian terbesar dilakukan melalui KTI. Apa saja jenis KTI itu?
KTI itu ada 7 jenis, yaitu penelitian, kajian ilmiah hasil gagasan
sendiri, ilmiah populer, makalah seminar, Buku pelajaran/modul, diktat
pelajaran, dan Hasil terjemahan. Dari ketujuh jenis KTI itu,hasil
penelitian yang mempunyai nilai kredit tertinggi, maka guru cenderung
memilih jenis ini untuk kenaikan pangkatnya walaupun banyak yang belum
menguasai cara/metode penelitiannya.
Sebagai contoh; ada seorang guru menghadapi masalah proses
pembelajaran di klas: siswa sulit memahami pokok bahasan pada pelajaran
tertentu, sebagian besar siswa prestasi belajarnya rendah, tidak berani
mengeluarkan pendapat, dan motivasi/minat belajar kurang. Timbul
pertanyaan pernahkah guru mencari upaya untuk mengatasinya? Apa yang
harus dilakukan guru? Apa tidak perlu dicari akar masalahnya? Apa guru
tetap mengajar seperti biasanya dan masalah itu diabaikan? Tentunya
tidak, dan ternyata umumnya guru sudah berupaya untuk mengatasinya
dengan berbagai cara/metode/pendekatan melalui perubahan cara mengajar
seperti metode/pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning), Quantum
learing, cooperative learning, tutor sebaya, local material learning,
dan lain-lain. Hasilnya menunjuk kan ada perubahan ke arah perbaikan Hal
ini memberi gambaran bahwa guru tersebut sudah melakukan kegiatan
pengembangan profesi, namun belum ditulis secara sistematis sehingga
tidak punya bukti untuk diusulkan kenaikan pangkat melalui pengembangan
profesi.
Ada pula guru yang sepulang mengikuti Diklat, langsung mencoba metode
mengajar yang baru saja diperolehnya, dan hasilnya memberikan kepuasan
baik prestasi belajar, suasana belajar maupun keberanian bertanya, dan
menambah percaya diri guru. Guru tersebut sudah melakukan kegiatan
ilmiah, sudah melaksanakan pengembangan profesiya, namun lagi-lagi tidak
ada bukti tertulis yang terdokumensi yang harus disampaikan waktu akan
mengusulkan kenaikan pangkat.
Pada waktu melihat prestasi siswanya rendah guru sudah berpikir
bagaimana cara mengatasinya. Untuk itu, berdasarkan hasil diklat yang
diikutinya, mereka ingin mencoba menerapkan melalui penelitian. Apakah
hasil belajar siswa yang diajar dengan metode belajar yang selama ini
dilakukan lebih jelek dibandingkan dengan metode baru yang diperoleh
waktu diklat. Untuk mencoba guru tersebut tidak memahami jenis
penelitian apa yang tepat digunakan untuk mengatasi masalah itu? Guru
belum semua menguasai berbagai jenis penelitian. Jenis penelitian yang
sering digunakan guru dalam mengatasi masalah pembelajaran adalah
penelitian tindakan kelas, penelitian deskriptif, penelitian
korelasional, dan penelitian eksperimen. Jenis pendekatan penelitian
yang paling tepat untuk merealisasi kegiatan guru dalam membandingkan
dua metode pembelajaran terhadap hasil belajar adalah melalui penelitian
eksperimen.
Apakah penelitian eksperimen itu? Apa tujuannya? Bagaimana cara
melakukan yang benar? Bagaimana menulis laporan hasil penelitiannya agar
memenuhi syarat dan dapat nilai kreditnya?. Marilah kita belajar
bersama untuk memahami dan kemudian melaksanakan secara hati-hati dan
terarah.
Penelitian eksperimen (Experimental Research) merupakan kegiatan
penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu
perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa ata
menguji hipotesis tentang adatidaknya pengaruh tindakan itu bila
dibandingkan dengan tindakan lain.
Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen
adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap
gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang
menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen
dimaksudkan untuk menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan
(pembelajaran dengan metode pemecahan soal) terhadap prestasi belajar
matematika pada siswa SMU atau untuk menguji hipotesis tentang
ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut bila dibandingkan dengan metode
pemahaman konsep. Tindakan di dalam eksperimen disebut treatment, dan
diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi
yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud dengan
menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan deskripsi atas
pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai
seberapa
besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya)
pengaruh tersebut bila dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi
diberi perlakuan yang berbeda.
Apakah perlu kelompok pembanding? Marilah kita renungkan jawaban ini.
Proses yang disebabkan oleh satu macam tindakan/perlakuan, kita tidak
pernah dapat menyatakan bahwa tindakan dan proses itu menghasilkan
sesuatu yang lebih baik, kurang baik, dan kita baru dapat menyatakan
kalau sudah dibandingkan dengan yang lain. Dari suatu tindakan kita
hanya dapat menyatakan bahwa proses begini dan begitu itu akan
menimbulkan gejala yang begini atau begitu. Gejala itu baru dapat
dikatakan lebih baik jika gejala lain jadi ukuran sebagai pembanding.
Karena itu dalam suatu eksperimen ilmiah dituntut sedikitnya dua grup,
yang satu ditugaskan sebagai grup pembanding (control group), sedang
grup yang satu lagi sebagai grup yang dibandingkan
(experimental group).
Bagaimana cara melaksanakan jenis penelitian eksperimen ini ?. Untuk
melaksanakan suatu eksperimen yang baik, kita perlu memahami terlebih
dahulu segala sesuatu yang berkait dengan komponen-komponen eksperimen.
Baik yang berkaitan dengan pola-pola eksperimen (design experimental),
maupun penentuan kelompok eksperimen dan kontrol, bagaimana kondisi
kedua kelompok sebelum eksperimen dilaksanakan, cara pelaksanaannya,
kesesatankesesatan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen, cara
pengumpulan data,dan teknik analisis statistik yang tepat digunakan. Hal
itu semua, para guru dapat mempelajari, mempersiapkan dan melaksanakan
kegiatan penelitian itu,
tanpa meninggalkan tugas sehari-hari di kelas.
B. MEMPERSIAPKAN EKSPERIMEN
Marilah kita mempersiapkan penelitian eksperimen secara baik. Sebelum peneliti
melaksanakan treatment/perlakuan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Sebagai ilustrasi seorang guru akan mengadakan percobaan
tentang keampuhan dua metode mengajar dalam bidang Matematika, Mana di
antara dua macam metode yang dapat memberikan prestasi belajar lebih
baik (metode pemahaman konsep atau metode pemecahan soal). Karena,
ditemukan selama guru menggunakan metode pemahaman konsep prestasi
belajar siswanya belum menggembirakan.
1. Langkah awal dijumpai ada problem terhadap prestasi belajar
matematika yang selama ini diajarkan melalui metode pemahaman konsep.
Seorang guru matematika waktu mengikuti diklat mendapat metode baru
yaitu metode pemecahan soal“ muncul ertanyaan: manakah di antara dua
metode pembelajaran Matematika yang dapat menumbuhkan prestasi
belajar lebih baik?.
2. Tujuannya: Untuk mengetahui apakah metode pemecahan soal lebih
dalam mengembangkan kecakapan matematika dibandingkan dengan pemahaman
konsep (Untuk mengetahui pengaruh metode pemecahan soal terhadap
prestasi belajar matematika). Guru juga dapat mengetahui sikap siswa
terhadap metode pembelajaran tersebut.
3. Langkah berikutnya, mencari dasar teori yang berkaitan dengan
variabel penelitian (metode pembelajaran pemecahan soal dan pemahaman
konsep, serta prestasi belajar). Diupayakan adanya kerangka pemikiran
yang mengarah pada simpulan bahwa metode pemecahan soal lebih baik dalam
menanamkan pemahaman matematika dibandingkan dengan
metode pemahaman konsep.
4. Selanjutnya, perlu dikemukakan hipotesisnya: “Metode pemecahan
soal lebih baik dibandingkan metode pemahaman konsep dalam meningkatkan
prestasi belajar matematika”. Hipotesis ini diperlukan untuk pedoman
peneliti dalam merancang lebih lanjut..
5. Langkah awal bagian metode penelitian adalah melakukan pengukuran
kepada dua kelompok yang siswanya mempunyai kesamaan kemampuan /IQ dalam
matematika. Dari dua kelompok yang sudah kesamaan itu dipilih secara
random untuk menentukan mana kelompok kontrol dan mana yang akan
ditugaskan sebagai kelompok eksperimen.
6. Menentukan siapa guru yang akan ditugasi untuk mengajar pada
masing masing kelopok tersebut. Bilamana telah mendapatkan guru yang
memiliki kualitas yang sama, dipilih secara random untuk ditugaskan ke
kelompok eksperimen/kontrol. Kalau gurunya sama/satu orang, wajib
menjaga obyektivitas dalam menerapkan kedua metode tersebut.
7. Persiapkan materi ajar dan rincian tindakan yang akan dilakukan
pada metode yang telah ditetapkan untuk kedua kelompok tersebut. Sesudah
memahami langkah-langkah tersebut, kita perlu melihat kembali hal hal
mendasar yang perlu diperhatikan sebelum eksperimen dilakukan. Kalau
semua komponen tersebut sudah dipersiapkan dengan baik dan lengkap
barulah mencoba menyusun rancangan/desain eksperimennya.
C. FAKTOR YANG PERLU DIKONTROL
Sebelum eksperimen dilaksanakan ada berbagai faktor, variable, serta
kondisi apa saja yang berkaitan dengan kegiatan eksperimen perlu
diperhatikan. Hal ini untuk mengantisipasi adanya perbedaan sesudah
eksperimen itu benarbenar disebabkan oleh metode bukan karena faktor
lain. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut :
a) Latar belakang kebudayaan. Pelajar yang mempunyai kebudayaan yang
berbeda besar kemungkinan mempunyai sifat dan kebiasaan yang berbeda
pula. Untuk itu perlu diperhatian agar adanya perbedaan bukan karena
faktor ini tetapi faktor metode mengajarnya. Ada siswa yang setiap hari
selalu belajar bersama dengan kakak-kakaknya, mengikuti pelajaran
tambahan setiap sore.
b) Dasar matematika; Sebelum eksperimen dimulai siswa masing-masing
kelas/kelompok perlu diseimbangkan agar tidak terjadi salah satu kelas
terdiri atas siswa yang pandai sedang lainnya terdiri atas siswa yang
sedang dan kurang pandai. Sehingga adanya perbedaan hasil akhir
eksperimen bukan disebabkan oleh metode mengajar tetapi oleh kondisi
siswa yang berbeda.
c) Ruangan kelas. Ruangan kelas kedua calon kelompok eksperimen dan
control itu harus dibuat sedemikian sehingga tidak ada perbedaan
kebisingan, kepengapan, ventilasi, serta tata ruang lainnya.
d) Waktu belajar: Perlu diperhatikan waktu berlangsungnya jam
pelajaran, tidak diperkenankan kelompok eksperimen (E) masuk pagi
kelompok control (K) masuk sore atau sebaliknya.Jika kelas E masuk pagi,
kelas K harus masuk pagi, kalau kelas E masuk jam 8.00 kelas K tidak
boleh masuk jam 12.00, sehingga hasil eksperimen dikotori oleh faktor
masuk sekolah. Jumlah jam kedua kelas/kelompok harus sama
e) Cara mengajar : Metode-metode yang akan dicobakan harus ditetapkan
dan dirancang lebih dahulu serta dijalankan secara tertib dan benar.
Cara guru mengajar harus sesuai dengan pola yang ditetapkan dalam desain
eksperimen yang dipersiapkan.
f) Guru/pengajar : Latar belakang pendidikan, serta pengalaman
mengajar di upayakan mempunyai derajat yang seimbang. Demikian tingkat
kedisiplinan maupun kemampuannya.
g) Lain-lain : walaupun peneliti sudah berupaya mengendalikan
variable non eksperimen agar tidak memengaruhi hasil eksperimen, namun
sering dijumpai adanya kejadian yang sulit dikontrol dan diprediksi,
misalnya: tiba-tiba dijumpai adanya anak yang suka mengganggu jalannya
pelajaran, sehingga memengaruhi temannya untuk tidak disiplin, atau
terganggu konsentrasinya akibat ulah satu atau beberapa temannya. Dapat
terjadi pula adanya pemberian bimbingan belajar di luar jam pelajaran,
baik oleh anggota keluarga atau yang lain..
Perlu disadari bahwa sebenarnya banyak sekali faktor yang mungkin
dapat berpengaruh terhadap eksperimen. Oleh karena itu, peneliti
eksperimen perlu hati-hati pada setiap langkah agar selalu memperhatikan
adanya kemungkinan timbulnya kesesatan, dan ada upaya untuk
mengendalikan.
D. KESESATAN DALAM EKSPERIMEN
Segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor,
perlakuan, atau tindakan yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil
eksperimen disebut variable. Dalam eksperimen selalu dibedakan adanya
variable-variabel yang berkaitan secara langsung diberlakukan untuk
mengetahui suatu keadaan tertentu dan diharapkan mendapatkan
dampak/akibat dari eksperimen sering disebut variabel eksperimental atau
treatment variable, dan variable yang tidak dengan sengaja dilakukan
tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel
noneksperimental. Variabel eksperimental adalah kondisi yang hendak
diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk mengetahui
pengaruh varibel itu, kedua kelompok , yaitu kelompok
eksperimental dan kontrol dikenakan variabel eksperimen yang berbeda
(misalnya metode pemecahan soal untuk kelompok eksperimen dan metode
pemahaman konsep untuk kelompok control) atau yang bervariasi. Variabel
noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel yang dikontrol
atau controlled variabel. Akan tetapi sebagian lagi dari variabel
noneksperimen ada di luar kekuasaan eksperimen untuk dikontrol atau
dikendalikan. Ini disebut variabel ekstrane atau extraneous variabel.
Dalam setiap eksperimen, hasil yang berbeda pada kelompok eksperimen
dan kontrol sebagian disebabkan oleh variabel eksperimental dan sebagian
lagi karena pengaruh variabel ekstrane. Oleh karena itu, setiap guru
yang akan melakukan eksperimen harus memprediksi akan munculnya variabel
pengganggu ini. Adanya perbedaan hasil eksperimen yang dilakukan oleh
peneliti/guru/pengawas dari kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol,
bukan secara mutlak disebabkan tindakan yang diberikan, tetapi sebagian
lagi karena adanya variable luar/ekstrane yang ikut memengaruhinya.
Besar kecilnya pengaruh variable ekstrane yang dapat menyebabkan
terjadinya perbedaan
dengan yang diobservasi dalam hasil eksperimen disebut kesesatan atau
errors. Dalam eksperimen dapat dijumpai adanya dua jenis kesesatan
yaitu :
(1) Kesesatan konstan, dan (2) Kesesatan tidak konstan (kesesatan
kompensatoris). Kesesatan konstan merupakan pengaruh akibat variable
ekstrane, yang selalu ada dalam setiap eksperimen. Variabel ini tidak
dapat diketahui, tidak dapat diukur dan sulit untuk dikendalikan, serta
tidak mudah untuk diperhitungkan dan dipisahkan dengan perbedaan hasil
yang ditimbulkan oleh variable eksperimen. Sebagai contoh dari kesesatan
konstan adalah sebagai berikut:
Suatu penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu
metode (pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika. Prosedur
eksperimen telah dilaksanakan sesuai dengan metodologis yang benar, maka
peneliti berkeyakinan bahwa adanya perbedaan hasil belajar siswa nanti
secara mutlak dipengaruhi oleh baiknya metode yang dilakukan. Ia tidak
menyadari adanya berbagai variable yang mungkin dapat mengganggu proses
dan hasil eksperimen. Variabel pengganggu kesesatan konstan; misalnya
pada kelompok kontrol terdapat anak-anak/siswa yang pada sore hari ikut
pelajaran tambahan/privat. Di samping itu, banyak orang tua/keluarga
yang peduli sekali terhadap waktu dan kedisiplinan belajar anaknya,
sehingga anak itu selalu diawasi orang tuanya. Ditinjau dari segi guru
yang mengajar di kelompok kontrol mempunyai kecakapan mengajar,
penguasaan bahan ajar, kepribadian, dan pendekatan kepada siswa sangat
bagus. Alat untuk mengukur kemampuan siswa baru mampu mengukur sebagian
dari kecakapan dan materi yang diajarkan. Variabel-variabel tersebut
merupakan variable luar/ekstrane yang sulit diperhitungkan, sulit
dikendalikan, sehingga disinilah muncul adanya kesesatan konstan.
Dengan adanya kesesatan itu, akibatnya setelah data akhir eksperimen
diperoleh dan dianalisis terjadi tidak adanya perbedaan antara hasil
belajar matematika bagi siswa kelompok eksperimen yang diberi perlakukan
metode A (pemecahan soal) dengan kelompok kontrol yang menggunakan
metode B (pemahaman konsep). Mengapa hal ini terjadi ? Pada hal secara
teori jelas bahwa metode pemecahan soal lebih baik dibandingkan dengan
metode pemahaman konsep. Apa jawabannya? Hal ini terjadi karena
banyaknya variabel luar/ekstrane yang muncul pada suatu kelompok
tertentu pada saat waktu pelaksanaan eksperimen. Jadi hasil belajar pada
siswa kelompok kontrol telah dicemar oleh varibel ekstrane yang
peneliti tidak mampu memperhitungkan. Pada hal kalau eksperimen berjalan
dengan mulus tanpa banyak dipengaruhi variable yang menyesatkan, besar
kemungkinan metode yang dicobakan pada kelompok eksperimen akan mampu
memberikan hasil belajar yang lebih baik.
Kemudian, tindakan apa yang sebaiknya dilakukan guru yang akan
melakukan eksperimen? Perlu mempersiapkan secara maksimal berbagai
komponen yang berkaitan dengan metode yang akan dieksperimenkan pada
bidang materi pelajaran tertentu, baik yang berkaitan dengan metode
pembelajaran yang akan ditreatmenkan/diperlakukan, materi pelajaran,
guru pelakasana tindakan, siswa yang dikenai tindakan, kondisi/situasi
kelas,lingkungan belajar, maupun komponen lain yang mungkin dapat
memengaruhi hasil
eksperimen. Selama proses kegiatan ekperimen berlangsung, peneliti
perlu memperhatikan adanya variabel lain yang dimungkinkan akan dapat
mengganggu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi munculnya variabel
luar yang dapat menyesatkan hasil eksperimen.
Kemudian, apa yang dimaksud dengan kesesatan tidak konstan itu?
Kesesatan tidak konstan adalah kesesatan yang terjadi pada satu atau
beberapa kelompok dalam suatu eksperimen, tetapi tidak terjadi pada satu
kelompok lain. Kesesatan pada jenis ini ada kemungkinan untuk dapat
diperhatikan atau dikendalikan pada waktu mempersiapkan eksperimen, atau
menentukan pola eksperimen. Kesesatan tipe ini dapat dibedakan kedalam
tiga jenis, yaitu:
1). Kesesatan tipe S (Subyek).
2). Kesesatan tipe G (Grup), dan
3). Kesesatan tipe R (Replikasi).
Untuk mendapatkn pemahaman tentang beberpa tipe kesesatan tersebut di atas
berikut ini disampaikan penjelasan singkatnya.
1) Kesesaatan Tipe S
Ciri khusus dari kesesatan adalah adanya fluktuasi subjeks sampling
pada suatu penugasan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok
pembanding/kontrol pada suatu eksperimen. Kejadian ini kemungkinan
muncul karena dalam salah satu atau kedua kelompok itu terhimpun
beberapa orang dalam segi perimbangan menguntungkan salah satu dari
kelompok. Misalnya, dalam suatu eksperimen yang ingin diketahui pengaruh
metode terhadap hasil belajar matematika pada suatu kelas di sekolah
dasar, mungkin sekali secara kebetulan pada kelas pembanding terhimpun
siswa yang memiliki IQ yang tinggi dan rajin belajar.Setelah proses
eksperimen berakhir, diadakan tes kepada kedua kedua kelompok secara
bersamaan. Setelah diadakan analisis statistik dengan menggunakan uji t
diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara
metode A dan metode B terhadap hasil belajar matematika pada siswa
kelas tertentu pada SD tersebut. Mengapa demikian? Hal ini dapat
disebabkan hasil belajar dari kedua kelompok eksperimen (kontrol dan
eksperimen) bukan disebabkan oleh pengaruh metode, tetapi karena adanya
perbedaan subyek (S) yang ditugasi pada kedua kelompok
tersebut. Maka dalam pelaksanaan eksperimen, distribusi subyek yang
akan ditugasi pada kelompok-kelompok eksperimen harus diseimbangkan, hal
ini agar mendapatkan perhatian bagi para peneliti eksperimen
pembelajaran.
2) Kesesatan Tipe G
Pada suatu eksperimen dapat terjadi adanya variabel-variabel luar
yang mempengaruhi satu atau beberapa kelompok siswa dalam suatu kegiatan
eksperimen, tetapi tidak menyangkut seluruh kelompok yang digunakan.
Dalam suatu eksperimen bidang pembelajaran seorang guru yang ditugasi
untuk mengajar dengan metode CTL (eksperimen), sedemikian baiknya
sehingga memberikan pengaruh yang sangat sistematis terhadap prestasi
belajar siswa, dan sebaliknya di kelas lain, diajar oleh guru yang
kurang mempunyai motivasi mengajar, kurang menguasai bahan ajar, dan
bahkan kurang disiplin. Demikian pula kalau dalam suatu kelompok
eksperimen
terdapat siswa yang nakal, dan sering mengganggu teman waktu
pelajaran sedang berlangsung, akan mempengaruhi hasil eksperimen pada
kelas tersebut. Kalau hal ini terjadi maka kesesatan tipe G telah
memengaruhi eksperimen, dan hasil eksperimen tersebut akan tercemari.
3) Kesesatan Tipe R
Ada pola eksperimen yang dilakukan terhadap beberapa eksperimen yang
dilakukan secara serentak dengan menggunakan sample dari bermacammacam
sub-populasi. Pada eksperimen tersebut disebut Replikasi. Berdasarkan
pada istilah inilah kesesatan tipe R ini muncul.
Pada eksperimen-eksperimen yang menggunakan metode mengajar yang
dilakukan beberapa kali umumnya dikerjakan seorang guru. Akan tetapi,
guru lain juga dapat mereplika (mengulangi dalam keadaan yang sama)
setelah memahami apa yang dilakukan oleh guru sebelumnya. Kesesatan tipe
R ini terjadi bilamana variabel luar memberikan pengaruh secara
sistematis terhadap satu replikasi, tetapi tidak memberikan pengaruh
pada
replikasi yang lain. Metode mengajar yang pernah diberikan sebelumnya
mungkin memberikan landasan yang sangat menguntungkan bagi metode yang
sedang dicobakan, dan tidak demikian halnya yang ada pada kondisi
sebaliknya. Metode yang akan dicobakan ternyata sudah biasa diberikan,
sehingga siswa pada sekolah itu akan mendapatkan prestasi belajar yang
lebih baik daripada sekiranya mereka diajarkan dengan metode lain. Kalau
eksperimen ini dilaksanakan pada suatu sekolah, maka perbedaan pengaruh
variabel yang diobservasi dapat dianggap bebas dari kesesatan R itu.
Tetapi kalau ditinjau dari segi banyaknya replikasi pada suatu
eksperimen yang diadakan di beberapa sekolah, mungkin terjadi kesesatan
tipe ini dan berpengaruh terhadap rerata dari variabel yang
dieksperimenkan.
E PELAKSANAAN EKSPERIMEN
Sesudah mempersiapkan desain/rancangan eksperimen serta berusaha
mengantisipasi berbagai kesesatan yang mungkin dapat mengganggu
pelaksanaan dan hasil eksperimen, maka apa yang harus dilakukan agar
eksperimen terssebut dapat berjalan dengan baik? Namun, sebelum
kepelaksanaannya perlu dikaji ulang, apakah materi yang akan diajarkan
sudah disiapkan dengan baik? Apakah kedua kelompok eksperimen sudah
dipersiapkan sesuai prosedur penelitian eksperimen? Dan, guru yang akan
melaksanakan sudah dipersiapkan secara memadai dan memiliki kualitas
yang seimbang? Kalau semuanya sudah dikaji barulah kita memperhatikan
langkah berikut ini:
1. Selama 4 bulan (kalau ini rencana eksperimennya) kelompok A
sebagai kelompok eksperimen diberikan materi yang sama dengan kelompok
kontrol. Sedangkan metode pembelajaran yang digunakan berbeda. Kelompok A
dengan metode pemecahan soal, sedangkan kelompok B dengan metode
pemahaman konsep (umpama ini yang direncanakan).
2. Selama pelaksanaan eksperimen diupayakan semaksimal mungkin agar
kesesatan tidak timbul terutama kesesatan yang tidak konstan, baik siswa
maupun guru pelaksana, agar tidak mengganggu hasil eksperimen.
3. Selama eksperimen perlu diamati semua perubahan yang terjadi
berdasarkan pedoman observasi yang telah dipersiapkan, misalnya aspek
perhatian siswa, keberanian siswa berpendapat, kondisi kelas,
kedisiplinan siswa dan lain-lain.
4. Sesudah waktu eksperimen selesai (sesudah 4 bulan), diadakan tes
akhir eksperimen. Jenis tes, materi tes serta waktu pelaksanaan tes yang
diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol harus sama.
5. Sesudah data dikoreksi dan dianggap lengkap, ditabulasi dan diskripsikan
sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang sudah disusun dari kedua
kelompok tersebut dianalisis dengan statistik uji t. Kalau kesimpulan
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, maka perlu dilihat mana
Meannya yang lebih besar itulah yang lebih efektif/baik. Kalau Mean pada
kelompok eksperimen lebih baik, maka dapat disimpulkan bahwa metode
pemecahan soal lebih efektif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
matematika yang berarti hipotesis kerjanya diterima.
Bagaimana kalau hasil eksperimen ternyata menolak hipotesis kerja?
Apakah penelitian itu kemudian tidak berarti dan tidak dapat diajukan
untuk mendapatkan kredit pengembangan profesi? Kalau diajukan apakah
tidak dapat dinilai sehingga hasil penelitian itu tidak bermanfaat? Kita
tidak bisa langsung menjawab ya atau tidak. Perlu dikaji secara
hati-hati dengan menggunakan dasar berpikir ilmiah/logika. Coba marilah
kita diperhatikan beberapa asumsi berikut untuk direnungkan:
1) Dasar penyusunan hipotesis apakah sudah menggunakan dasar teori serta
temuan ilmiah yang relevan? Jawabannya sudah, kalau sudah kita ke alur berikutnya.
2) Bilamana riset itu merupakan penelitian eksperimen, apakah
persiapan eksperimen sudah dilakukan secara ilmiah menurut dasar-dasar
penelitian eksperimen? Jawabannya sudah; baik yang menyangkut penetapan
kedua kelompok kontrol dan eksperimen), maupun penetapan pelaksana
eksperimen. Kalau sudah, marilah ke pertanyaan berikutnya.
3) Kalau demikian, apakah kondisi-kondisi pada kedua kelompok
eksperimen tersebut sudah diperhatikan dengan baik dan seimbang?
Jawabannya sudah, waktu masuk sekolah, lingkungan kelas, peralatan/ alat
peraga serta bahan ajar yang akan diberikan dan komponen lain yang
terkait. Kalau demikian perlu kita lanjut ke pertanyaan selanjutnya.
4) Penyebabnya ada kemungkinan peneliti kurang memperhatikan adanya
kesesatan tidak konstan yang ditimbulkan dari berbagai aspek, misalnya
adanya siswa yang sering mengganggu salah satu kelompok eksperimen, atau
adanya tindakan guru pelaksana eksperimen/kontrol yang kurang serius
dalam bertugas, atau di suatu kelas terhimpun siswa yang memiliki dasar
kuat yang berkaitan dengan materi pelajaran yang dieksperimenkan.
Misalnya pelajaran matematika, di suatu kelas terhimpun siswa yang
IQnya bagus-bagus dan tidak demikian pada kelas yang lain. Kalau hal ini
jawabannya tidak dan masalah itu sudah diperhatikan serta sudah
dilaksanakan guru pelaku eksperimen/peneliti, maka peneliti perlu
mengajukan pertanyaan berikutnya.
5) Kemungkinan peneliti waktu menyusun alat evaluasi belajar hasil
eksperimen tidak memperhatikan tingkat validitas dan reliabilitasnya.
Artinya ketepatan dan ketelitian alat evaluasinya tidak terpenuhi, atau
tingkat keterandalannya belum diperhatikan, belum mencakup seluruh
materi pelajaran. Atau, waktu pelaksanaan evaluasi/tes akhir tidak
dilakukan bersamaan, sehingga siswa pada salah satu kelas mendapatkan
bocoran dari kelas lain. Kalau jawabannya juga tidak, maka lanjutkan ke
pertanyaan yang ke-6.
6) Jika demikian ada kemungkinan cara analisis datanya tidak tepat,
tidak mengikuti teknik analisis statistik eksperimen sesuai dengan pola
yang digunakan. Mulai koreksi hasil post test/evaluasi akhir, tabulasi
sampai penggunaan pada analisis dengan teknik statistiknya harus benar,
kesalahan tanda koma saja dapat mengakibatkan dari ada perbedaan menjadi
tidak ada atau sebaliknya. Bilamana hal ini juga sudah dilakasanakan
dengan statistik dan prosedur analisis yang tepat dan
hati-hati oleh peneliti. maka tinggal kemungkinan/ alternative atau asumsi terakhir.
7) Kalau keenam hal di atas sudah dilaksanakan dengan baik, hati-hati
dan juga tidak melakukan penyimpangan, maka kemungkinan terakhir yaitu
adanya kesesatan konstan yang tidak mungkin peneliti mampu untuk
mengatasi/ menghilangkan, tetapi peneliti juga tidak mencoba mengurangi
kesesatan ini Kondisi itu misalnya, pada salah satu kelompok sebagian
besar siswa pada sore hari mengikuti les tambahan, banyak dibimbing
saudara/orang tuanya pada malam hari, budaya disiplin belajar telah
tertanam pada sebagian siswa, alat/media belajar lengkap atau sebaliknya
pada kelompok lain banyak anak yang malas belajar dan faktor lain yang
dapat berpengaruh terhadap hasil belajar.
Untuk itu, bilamana hasil penelitiannya menolak hipotesis dan
peneliti mampu memberi alasan/bahasan yang logis dan argumentasi yang
jelas, dan kuat maka hasil penelitian tersebut tetap dapat diajukan dan
bahkan mungkin mempunyai nilai/kredit atau dapat diusulkan/diajukan
untuk kenaikan jabatan/ pangkat pengembangan profesi. Justru kalau hasil
penelitian menolak, hipotesisnya dibangun dengan mempunyai dasar kuat
dan data lapangan yang dihasilkan secara faktual memang mendukung
adanya, maka akan dapat menumbuhkan pemikiran baru, konsep baru yang
dapat mengarah ke pembentukan teori baru kalau penelitian lanjutan untuk
memperkuat hasil penelitian tersebut dilakukan. Akibatnya, diperolehnya
konsep baru, preposisi baru akan dapat mengembangkan teori baru dan
meninggalkan teori lama. Memang jarang dijumpai adanya peneliti yang
demikian atau peneliti tidak berani menyampaikan hasil penelitiannya
bilamana hasil analisis tidak menerima hipotesis kerjanya, karena
peneliti belum mampu memberikan alasan yang mendasar atas ditolaknya
hipotesis tersebut.
Sesudah memahami bagaimana mempersiapkan/menyusun rancangan
eksperimen, melaksanakan serta faktor apa yang harus dikendalikan agar
tidak mengganggu hasil eksperimen, perlu mempelajari beberapa jenis
eksperimen mana yang paling sesuai bagi guru yang akan mencoba metode
pembelajaran dalam upaya memperbaiki hasil belajar siswa. Dipersilahkan
membaca bagian selanjutnya.
F. DESAIN EKSPERIMEN
Apakah desain eksperimen itu? Desain eksperimen adalah suatu
rancangan percobaan dengan setiap langkah tindakan yang terdefinisikan,
sehingga informasi yang berhubungan dengan atau diperlukan untuk
persoalan yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara faktual. Dengan
kata lain, desain sebuah eksperimen merupakan langka-langkah lengkap
yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang
semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa ke analisis
obyektif dan kesimpulan yang berlaku dan tepat menjawab persoalan yang
dibahas.
Untuk meneliti pengaruh metode pemecahan soal terhadap prestasi
belajar matematika, misalnya, maka perlu dipersiapkan rancangan/proposal
penelitian. Untuk itu, perlu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
berikut:
a. Persoalan apa yang menjadi pusat perhatian peneliti sehingga harus melakukan penelitian dengan penelitian eksperimen?
b. Bagaimana mempersiapkan kelompok eksperimen dan kontrol?
c. Karakteristik metode pembelajaran yang akan dibandingkan?
d. Variabel tergantung (dependent) apa yang menjadi pusat perhatian peneliti dan apa instrumen pengukurnya?
e. Apa teori dasar yang harus dipersiapkan?
f. Berapa lama eksperimen akan dilakukan?
g. Metode analisis apa yang tepat digunakan?
h. Bagaimana mengurangi kesesatan pada kedua kelompok?
Pertanyaan di atas memberi gambaran bahwa suatu desain untuk
mengerjakan suatu eksperimen perlu dipikirkan selengkap dan serinci
mungkin.agar dapat dipakai pegangan dalam pelaksanaannya.
Dalam penelitian eksperimen kita tidak terkonsentrasi pada satu jenis
desain/pola eksperimen saja, ada tiga desain yang disajikan, guru dapat
memilih alternatif mana yang paling tepat untuk mencoba suatu tindakan
tertentu bilamana kondisi siawa/kelas/sekolah mengalami masalah. Setiap
pola/desain eksperimen mempunyai kelemahan dan kebaikannya, namun
peneliti harus mampu memilih desain eksperimen yang dapat dilaksanakan
dan paling minim mengandung resiko kelemahan.
Sebenarnya lebih dari 8 (delapan)desain eksperimen yang dapat kita
pelajari,namun berikut ini hanya disampaikan beberapa desain eksperimen
yang sering digunakan guru dalam memperbaiki hasil belajar siswa, yaitu:
1) Treatments by Levels Designs,
2) Treatment by Groups Designs, dan
3) Matched Subjects Designs
Untuk mendapatkan gambaran yang agak jelas berikut ini diuraikan secara
singkat ketiga desain eksperimen tersebut.
1. Treatment by Levels Designs.
Desain ini memberikan dasar-dasar pengamatan stratifikasi yang lebih
baik. Kita sadari bahwa pada setiap kelompok/kelas selalu dijumpai
adanya siswa yang masuk kelompok tinggi dan rendah, ada anak-anak yang
pandai dan kurang pandai, maka melalui desain ini stratifikasi itu perlu
mendapat perhatian dalam menentukan kelompok kontrol dan eksperimen.
Kondisi semacam ini dalam pelaksanaan suatu eksperimen perlu
diperhatikan agar tidak banyak mengganggu hasil akhir eksperimen.
Untuk itu, dalam persiapan eksperimen, peneliti harus menentukan dua
kelompok yang di dalamnya terdistribusi siswa yang berkemampuan yang
seimbang. Walupun demikian bukan berarti bahwa desain ini sudah terbebas
dari kesesatan, masih juga dapat terjadi bilamana tidak memperhatikan
pelaksana/guru pelaku tindakan baik di kelompok
eksperimen atau di kelompok kontrol. Pengulangan juga terjadi kalau
tidak diperhatikan kemungkinan pengulangan metode pada kedua kelompok
itu. Disamping itu, juga perlu diperhatikan variabel lain yang dapat
berpengaruh terhadap hasil eksperimen, maka persiapan perlu dilakukan
sebaik-baiknya.
1. Matched Group Designs
Desain eksperimen ini merupakan desain yang paling banyak digunakan
para guru dalam menguji keampuhan suatu metode pembelajaran dibandingkan
metode lain. Data untuk persiapan dengan desain eksperimen ini dapat
diperoleh dari dokumen atau memberikan pretest kepada siswa yang akan
dijadikan subyek penelitian. Persoalan pokok yang perlu dipikirkan lebih
awal pada grup matching adalah faktor-faktor yang harus diseimbangkan
agar grup-grup yang mengikuti eksperimen dapat berjalan pada kondisi
eksperimental tanpa dipengaruhi faktor ekstrane. Prinsipnya semua faktor
yang dipandang dapat memengaruhi/mengotori pengaruh tindakan/treatment
harus dimatched/
jodohkan sebelum tindakan atau eksperimen dilakukan. Misalnya
prestasi belajar, dan inteligensi dipandang akan berpengaruh pada hasil
eksperimen, maka kedua faktor itu harus di-matched. Cara melakukan
matching dapat melakukan dengan menguji perbedaan
grup-grup yang dicoba akan menjadi kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dengan analisis t-test. Bilamana ada perbedaan antara kedua
kelompok itu eksperimen tidak dapat diteruskan, berarti kedua kelompok
itu harus menujukkan adanya kesamaan.
2. Matched Subjects Designs
Desain ini berlandaskan pada adanya matched subjects pada dua
kelompok yang dipersiapkan untuk eksperimen. Pada matched groups, yang
dipakai dasar adalah menjodohkan kedua kelompok itu dengan perhitungan
seluruh subyek yang ada pada tiap kelompok, sedang matched subjects yang
dijodohkan tiap-tiap subyek pada kelompok
yang satu dengan subyek pada kelompok yang lain. Pada matched
subjects dapat dijodohkan dengan system: a) nominal pairing, b) ordinal
piring, atau c) combined pairing. Nominal pairing yang
dipasang-pasangkan umpama jenis kelamin, jenis pekerjaan orang tua,
sedang orninal pairing yang dipasang-pasangkan adalah intelegensi,
prestasi belajar, atau tingkat pendidikan, Pada pelaksanaannya sangat
tergantung pada pelaku eksperimen, sistem apa yang akan dipakai.
Desain ini mempunyai kepekaan (sensitivitas) yang lebih tinggi
dibandingkan dengan desain lainnya dalam mendeteksi perbedaan pengaruh
tindakan/treatment, apalagi kalau mampu memperhatikan faktorfaktor lain
yang dapat mencemari hasil eksperimen.
G. LAPORAN PENELITIAN
Kegiatan paling akhir dan sering tertunda-tunda serta menjemukan
adalah menyusun laporan hasil penelitian. Agar tidak tertunda dan tetap
segar untuk menyusun laporan dapat dimulai sejak peneliti melaksanakan
kegiatan eksperimennya. Apa yang harus ditulis awal, penelitiannya saja
baru mulai? Kalau kita memperhatikan materi yang akan ditulis pada
laporan hasil penelitian itu, harus ingat pada rancangan/proposal
penelitian yang sudah disusun awal. Rancangan penelitian yang sudah
lengkap dan terstruktur secara sistematis, akan memberikan bahan dasar
laporan yang sangat berharga dan mengurangi beban waktu penyusunan
laporan. Tiga bab dari lima bab pada
laporan sudah ada di rancangan/proposal penelitian, walaupun masih
perlu dipertajam, disempurnakan dan dilengkapi sesuai dengan apa yang
akan dilaksaknakan peneliti. Maka sambil melaksanakan eksperimen
guru/peneliti dapat mengawali menyusun laporan pada bab pendahuluan,
kajian teori dan pustaka, serta bab metode penelitiannya.
Bab atau bagian baru dan lebih membutuhkan pemikiran dan belum ada di
proposal adalah bab IV yang menyajikan hasil penelitian dan
pembahasan.Bab ini baru dapat ditulis kalau kegiatan pengumpulan data,
kegiatan eksperimennya sudah selesai. Semua data dari proses sampai
hasil akhir eksperimen harus disajikan pada bagian ini. Cara menyajikan
dapat dalam bentuk tabel, grafik, skema atau bagan, dan bertujuan untuk
mempermudah pembaca memahmi makna yang disampaikan peneliti. Hasil
analisis data
didasarkan pada hasil yang diperoleh dari tes materi pelajaran serta
angket pada ahkir pelajaran/eksperimen. Untuk menyusun laporan
penelitian, guru diharapkan memahami sistematika penulisan yang sudah
ditetapkan, seperti yang terlampir pada bagian akhir dari hand-out ini.
Pada prinsipnya sistematika pembhasan mengandung tiga
bagian pokok yaitu, bagian awal, bagian inti dan bagian pendukung.
Agar karya ilmiah jenis penelitian ini memenuhi syarat untuk dinilai
angka kreditnya, diwajibkan ada pengesahan dari kepala sekolah dan
perpustakaan sekolah dari guru pengusul.
H. PENUTUP
Penelitian eksperimen merupakan jenis penelitian yang dapat
dilaksanakan oleh guru disamping penelitian tindakan kelas. Kalau
dilakukan dengan hatihati dan cermat besar kemungkinan akan mendapatkan
kepuasan tersendiri, baik dalam bidang akademik maupun ilmu pengetahuan
yang diperoleh. Guru sering sekali memperoleh ilmu baru, mendapat metode
baru yang dapat dicobakan untuk mendapatkan gambaran secara jelas
perbedaan yang diakibatkan, terlebih kalau mampu mengendalikan variabel
pengganggu
pelaksanaan eksperimen. Untuk itu mempelajari berbagai jenis
penelitian sangat penting dalam mengantarkan guru dalam meningkatkan/
mengembangkan profesinya secara nyata dalam menghayati berbagai masalah
yang dihadapi kesehariannya di kelas. Dengan penguasaan penelitian
eksperimen akan dapat melengkapi tugas guru dalam upaya mengantarkan
para siswanya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik. Selamat
mencoba untuk melakukan penelitian eksperimen yang sesuai dengan
disiplin ilmu
yang sedang ditekuni dan kembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Linquit EP, 1986, Design and Analysis of Experiments in Psychologi and Educa-
Tion, Boston: Houghton Mifflin Company
Federer, WT, 1974, Experiment Design,: Theory and Applications, Oford & LBH
Publishing Co., New Delhi
Kempthorne, O., 1984, The Design andAnalysis of Experiments, Wiley Eastern
Private Ltd. New Delhi
Montgomery, D C., 1976., Design and Analysis of Experiment, John Wiley & Sons,
New York
Sudjana, 1994, Desain dan Analisis Eksperimen, Penerbit Tarsito Bandung.
Sukardi, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta
Sutrisno Hadi, 2004, Metodologi Research,: untuk menulis laporan, skripsi thesis
dan disertasi, Penerbit Andi Yogyakarta