PRESTASI DIRI
Bahan Materi Kelas IX semester 2
Manusia
hidup di muka bumi ini tidak hanya untuk sekedar makan dan minum saja.
Tetapi sebagai manusia harus mempunyai aktivitas lainnya. Apakah hanya
hidup untuk makan atau makan untuk hidup? Semuanya tergantung pada diri
individu masing-masing. Tetapi sebagaimana dikemukakan oleh Robert J
Tamasy, hidup di dalam dunia ini, upaya menunjukkan keunggulan diri
(self promotion) tidak hanya dianggap biasa, tetapi juga seolah
dianjurkan-bahkan kita dituntut untuk melakukannya. Kita masih ingat
sebagaimana yang dikatakan Mohamad Ali ketika meraih gelar juara tinju
dunia, dia berteriak “Sayalah yang terbesar, ” ungkapan itu merupakan
pernyataan kebanggaan akan keunggulan diri dan prestasinya dalam olah
raga tinju. Sebenarnya untuk berprestasi tidak hanya di bidang olah raga
saja, dapat juga seni atau ilmu pengetahuan.
a. pRESTASI DIRI BAGI KEUNGGULAN BANGSA
Setiap manusia apapun profesinya tentu akan mempunyai keinginan untuk
berprestasi. Oleh karena dengan berprestasi seseorang akan dapat menilai
apakah dirinya sudah berhasil mencapai tujuan hidupnya atau tidak, juga
untuk membawa nama baik bangsa dan negara jika memang bisa. Pengertian
prestasi yaitu hasil yang telah dicapai, dilakukan, diperoleh atau
dikerjakan. Prestasi tiap orang tidak akan sama, ada yang berprestasi
dalam hal
• melukis
• berolahraga
• irama musik
• cepat menghitung
• puisi
• pemimpin
• menyesuaikan diri
• tampil menawan
Manakah
yang paling bagus prestasinya? Tidak mungkin terjawab, karena
masing-masing peristiwa menampilkan “tokoh” yang memiliki kecerdasan
dalam bentuk yang berbeda-beda. Prestasi antara orang satu dengan
lainnya tentu tidak akan sama, dan seseorang tidak akan mungkin menjadi
orang yang sama persis dengan orang yang dikagumi prestasinya. Mengapa
demikian ?
Pada
hakikatnya manusia adalah individu ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
memiliki potensi diri yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga
prestasi diri setiap orang tentu tidak akan sama. Itu sebabnya para ahli
berpendapat bahwa setiap siswa adalah individu yang unik (berbeda satu dengan lainnya).
Sebagai
Warga Negara Indonesia yang baik maka setiap orang berusaha berprestasi
demi keunggulan bangsa Indonesia tercinta. Tentu sangat membanggakan
jika kita dapat berprestasi seperti orang-orang berprestasi yang telah
melakukannya, seperti Taufik Hidayat, Susi Susanti, Ikhsan Juara
Indonesia Idol 2006, Usman Hasan Saputra, Hermawan Kertajaya, atau Ir
Ciputra, serta masih banyak lagi yang dapat dilihat dan disaksikan
sendiri. Semuanya berprestasi sesuai bidangnya masing-masing. Ada yang
olah raga, seni, budaya, maupun ilmu pengetahuan serta enterpreneur
(wiraswasta). Mengapa mereka dapat berprestasi di bidangnya, dan
mengapa kita tidak atau belum mampu berprestasi seperti mereka ?
Tugas dan Peragaan:
Setelah memperhatikan uraian di atas, jawablah beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Mengapa setiap orang harus berprestasi, dan apa makna prestasi menurut kalian ?
2. Sebutkan prestasi diri kalian selama ini, dan sebutkan prestasi terbaik yang pernah kalian raih.
3. Coba kalian praktikkan prestasi diri kalian di depan kelas.
A. HUBUNGAN POTENSI DIRI DAN PRESTASI DIRI UNTUK BERPRESTASI SESUAI KEMAMPUAN
Salah satu aturan main dalam permainan hidup (the game of life)
adalah diberlakukannya hukum kompetisi/persaingan. Kenyataan
menunjukkan semua orang memiliki keinginan umum yang sama: ingin kaya,
ingin dihormati atau ingin berprestasi di bidang tertentu. Akan tetapi
tidak semuanya dapat mencapai apa yang diinginkannya. Mengapa demikian ?
Hal
ini karena masing-masing individu memiliki potensi diri yang berbeda
dengan lainnya. Pengertian potensi diri adalah kemampuan yang dimiliki
setiap pribadi (individu) yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan
dalam berprestasi. Potensi diri adalah kemampuan yang terpendam pada
diri setiap orang, setiap orang memilikinya
(Siahaan,Parlindungan,2005:4). Potensi diri ada yang positif dan ada
yang negatif (Sujiayanto dan Muhlisin, 2004:2)
Potensi diri yang positif seperti :
- Memiliki idealisme
Sebagai
generasi muda setiap individu harus memiliki ide yang diyakini
kebenarannya dengan didukung fakta dan berusaha untuk mewujudkannya
dalam tujuan hidupnya.
- Dinamis dan kreatif
Sifat
dinamis dan kreatif dalam arti selalu berkembang mengikuti perkembangan
jaman tanpa berhenti untuk berkreasi dalam mencapai tujuan tanpa
mengabaikan norma-norma yang ada dalam kehidupan sehari-hari, baik norma
agama, norma hukum, norma kesusilaan dan norma kesopanan.
- Keberanian mengambil resiko
Setiap
tindakan yang dilakukan bukan tanpa resiko, karena ada sebab pasti akan
ada akibat. Untuk itu sebelum bertindak harus selalu mempertimbangkan
masak-masak resiko yang akan timbul dan berusaha menghadapinya serta
mengatasinya dengan baik.
- Optimis dan kegairahan semangat
Manusia
yang hidup di era globalisasi sekarang ini tidak boleh pesimis, maka
sebagai bagian dari dunia seseorang harus selalu optimis dan memiliki
kegairahan semangat supaya tidak putus asa dan lemah sebelum bertanding.
Para pahlawan telah berjuang merebut kemerdekaan Indonesia tetapi kita
yang harus mempertahankannya dengan mengisinya melalui karya yang
positif.
5. Kemandirian dan disiplin murni
Menjadi
bangsa yang mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri dan memiliki
disiplin yang tinggi. Pendidikan disiplin bukan hanya sekedar patuh
terhadap aturan saja tetapi juga terwujud dalam bentuk pengakuan
terhadap hak dan keinginan orang lain, dan mau mengambil bagian dalam
memikul tanggung jawab sosial secara manusiawi (Zainun Mu’tadin,
2002:1).
- Fisik yang kuat dan sehat
Tentu
saja, apa artinya jiwa yang meledak-ledak penuh semangat dengan
berbagai ide jika tidak ditunjang oleh fisik yang kuat dan sehat tidak
akan ada artinya. Untuk
itu harus memperhatikan masalah yang satu ini karena sangat penting
peranannya. Ingat dengan adanya pepatah di dalam badan yang sehat
terdapat jiwa yang kuat (mensana in corpore sano).
- Sikap ksatria
Ksatria
adalah sikap yang sportif yaitu berani mengakui kesalahan dan kekalahan
jika mengalaminya, dan bersedia minta maaf untuk tidak mengulangi
perbuatan itu kembali. Dalam
masyarakat Jawa, orang baru pantas bergelar ksatria jika dapat menang
tanpa mengalahkan. Kemudian mengalahkan tanpa merendahkan dan menyerang
tanpa menyakiti.
- Trampil dalam menerapkan IPTEK
Melalui
pendidikan dan pelatihan para siswa diharapkan dapat melatihnya dengan
memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah. Jika memungkinkan dapat
diperdalam di luar sekolah. Sehingga menjadi generasi muda yang tidak
gagap teknologi, dan dapat bersaing dengan bangsa lain di dunia
ini.Setelah itu mereka diharapkan dapat menerapkan IPTEK dalam kehidupan
sehari-hari.
Untuk
meningkatkan kreatifitas siswa serta merespon dengan di berlakukannya
Kurikulum yang berbasis Kompetensi (KBK), maka Computerstar kembali akan
mengadakan lomba untuk tingkat SMP yang bersifat Nasional. Lomba
Komputer Nasional ini akan memperebutkan hadiah Piala tetap dan
bergilir, Komputer, Scanner, Printer, Tabungan dan lain-lain. Total
hadiah keseluruhan bernilai Rp. 50.000.000,- (sumber :
www.mycomputerstar.com)
Ini
merupakan peran serta yang baik dari masyarakat dalam menunjang potensi
diri siswa dalam berprestasi sehingga trampil dalam menerapkan IPTEK.
- Kompetitif
Di
tengah persaingan dunia seperti sekarang ini setiap individu harus
mampu menunjukkan kelebihan dirinya, diantaranya dengan berkompetisi
dengan bangsa lainnya. Kompetisi berasal dari bahasa Latin to competere yang kalau di Inggriskan menjadi to seek together (mencari bersama), to agree (menyetujui) atau to coincide
(menyepakati bersama). Sebenarnya kompetisi tidak ditemukan indikasi
adanya ajaran yang menjadikan orang lain sebagai objek atau musuh.
Masalah yang muncul jangan sampai kata kompetisi menjadi konkurensi (to conquer defeat/overcome enemy) mengalahkan orang lain/musuh. Oleh karena hasil yang dicapai bukan lagi kemenangan (winning) melainkan memukul mundur (beating).
Selain itu jika kompetisi mensyaratkan adanya kompetensi atau keahlian,
maka dalam konkurensi akan ada komparasi, gaya hidup membandingkan
secara tidak sehat, dan praktik konkurensi adalah produk muatan pikiran
irrasional yang bertentangan dengan logika hidup rasional (Ubaydillah,
2003:1). Bersaing itu sehat karena ada acuan, akan
mendorong terciptanya energi dan akan dapat memacu prestasi diri
seseorang, asal jangan menghalalkan segala cara, dan harus selalu ingat
dosa dan Tuhan selalu mengawasi perilaku umatnya. Jika harus bersaing
seharusnya dimulai dengan langkah sebagai berikut :
- Berani memulai
- Fokus pada keunggulan
- Transformasi energi konkurensi
Maksudnya
seseorang jika hendak bersaing harus mempersiapkan ke tiga hal di atas
yaitu berani memulai tidak menundanya, kemudian memfokuskan pada
keunggulan yang dimiliki serta yang tidak kalah pentingnya adalah
mentransfer energi persaingan yang bersifat negatif menjadi sesuatu yang
positif, supaya terjadi persaingan yang sehat dan mencapai hasil yang
optimal
10. Daya pikir yang kuat
Setiap
orang supaya berhasil harus memiliki daya pikir yang kuat. Untuk itu
mereka harus didukung dengan motivasi yang kuat dalam dirinya. Oleh
karena ini merupakan penggerak untuk melakukan aktivitas, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Descartes “Aku berfikir maka aku ada”. Jika orang
mempunyai kemampuan dan kemauan untuk berfikir dengan kuat maka dia akan
mampu berprestasi dengan baik.
11. Memiliki bakat
Seseorang
yang memiliki bakat yaitu mempunyai potensi yang dimilikinya
sungguh beruntung karena akan mudah dalam mewujudkannya. Untuk itu
perlu dukungan dari keluarga dan lingkungan. Untuk itu bakat yang besar
tadi harus didukung dengan motivasi yang kuat dari dalam dirinya.
Seorang pemimpin yang hebat selain bisa dipersiapkan melalui pendidikan
dan pelatihan akan lebih hebat jika dia memiliki bakat terpendam sebagai
potensi dirinya.
COBA RENUNGKAN SECARA JUJUR:
Berapa potensi positif yang kalian miliki? Buatlah dalam selembar kertas dan kumpulkan pada guru.
Potensi diri yang negatif seperti :
- Mudah diadu domba
Semua
kelebihan yang dimiliki dapat hilang percuma jika seseorang masih bisa
diadu domba. Dalam berbagai aspek kehidupan hendaknya harus berhati-hati
karena seseorang bisa diadu domba atau bahkan mungkin tergoda untuk
menjadi pelakunya. Harus dihindari.
- Kurang berhati-hati
Pepatah
biar lambat asal selamat memang bisa diganti dengan biar cepat tapi
selamat, tetapi tetap harus waspada dan berhati-hati. Mengapa demikian?
Oleh karena sering terburu-buru tanpa memperhatikan resiko lainnya
asalkan tujuan tercapai. Akibatnya memang tujuan tercapai tetapi ada
resiko besar yang didapatkan.
- Emosional
Emosional
merupakan suatu keadaan perasaan atau kondisi kejiwaan yang sedang
labil sehingga dapat mengganggu hubungan dengan orang lainnya. Biasanya
muncul pada saat dalam keadaan tidak normal, sehingga individu yang
sedang emosional kurang bisa mengendalikan diri. Dia bisa marah,
berteriak ataupun menangis. Sebenarnya semua aktivitas tadi boleh saja
dilakukan asalkan tetap terkendali dan tidak mengganggu orang lain.
4. Kurang percaya diri
Banyak
dari generasi muda yang belum mengerjakan sesuatu sudah menyerah dengan
mengatakan tidak mampu melaksanakannya. Jadi generasi muda menyerah
atau kalah sebelum bertanding. Sebenarnya ada kemampuan tetapi karena
kurang percaya diri menjadi tidak mau melakukan sesuatu.Sungguh
disayangkan karena kesempatan emas menjadi hilang. Hal ini berarti harga
diri (self esteem) mereka adalah negatif karena cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga.
Ciri-ciri individu yang kurang percaya diri :
- Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok
- Menyimpan rasa takut /kekhawatiran terhadap penolakan
- Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan memandang rendah kemampuan diri sendiri-namun di lain pihak memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri
- Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif
- Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil
- Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena undervalue diri sendiri)
- Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu
- Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangat bergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain) (Rini, Jacinta , 2002:2)
Apakah
kalian termasuk orang yang kurang percaya diri ? Jika ya, maka
sebaiknya hindarilah sifat tersebut.Jika tidak ,maka bersyukurlah dan
pertahankan karena itu merupakan sesuatu yang berharga bagi diri anda
dalam mencapai prestasi.
- Kurang mempunyai motivasi
Manusia
bukanlah benda mati yang bergerak hanya bila ada daya dari luar yang
mendorongnya, melainkan makhluk yang mempunyai daya dalam dirinya untuk
bergerak. Inilah yang dinamakan motivasi. Sehingga motivasi sering
disebut penggerak perilaku (the energizer of behaviour).
Motivasi
adalah bidang yang amat sering dipelajari oleh para psikolog karena
pengetahuan akan determinan perilaku ini akan banyak membantu dalam
meramalkan dan mengendalikan dampak dari suatu keadaan tertentu terhadap
kehidupan manusia. Ini berhubungan dengan prestasi diri sebagai suatu
perilaku yang muncul karena potensi diri yang ada dengan didorong
motivasi yang kuat. Oleh karena itu kita harus punya motivasi supaya
kebutuhan hidup terpenuhi, mulai dari yang paling rendah sampai yang
paling tinggi sebagaimana dikemukakan oleh Abraham H Maslow, yaitu dari
kebutuhan fisiologis dasar, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk
dicintai dan disayangi, kebutuhan untuk dihargai dan paling tinggi
kebutuhan aktualisasi diri yang berupa kesempatan dan kebebasan untuk
mewujudkan cita-cita sesuai kemampuan yang dimiliki setiap individu.
Hubungan
antara potensi diri dengan prestasi diri sangat erat, karena untuk
berprestasi seseorang harus mengenali terlebih dahulu potensi yang ada
dalam dirinya. Potensi diri yang negatif harus dihilangkan, sebaliknya
potensi yang positif harus dimunculkan.
Orang
yang punya potensi disebut juga dengan manusia unggul terlebih jika dia
dapat mewujudkan potensinya dengan baik, akan tetapi jangan sampai
menjadi sombong. Ciri-ciri manusia unggul adalah :
1. Memiliki keimanan yang utuh.
2. Melaksanakan amal ibadah
3. Memiliki akhlak mulia, yang terdiri dari amanah, ikhlas, tekun, berdisiplin, bersyukur, sabar, dan adil
Ke
tiga hal ini akan semakin lengkap jika didukung oleh hal-hal positif
yang dimiliki oleh seseorang. Prestasi diri seseorang akan semakin
bermakna jika dilandasi oleh keimanan yang kuat terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Mereka berprestasi bukan semata kepentingan pribadi tetapi demi
kepentingan yang lebih luas lagi. Untuk kepentingan nusa, bangsa dan
negara.
B. PERAN SERTA DALAM BERBAGAI AKTIVITAS UNTUK MEWUJUDKAN PRESTASI DIRI SESUAI KEMAMPUAN DEMI KEUNGGULAN BANGSA.
Sorang
yang mempunyai potensi diri (bakat dilihat dari tiga hal yaitu (1)
kemampuan di atas rata-rata, (2) kreativitas dan (3) tanggung jawab
terhadap tugas. Ini berarti dia memiliki kemampuan di atas rata-rata dan
punya ciri-ciri kreativitas seperti dikemukakan oleh Cholisin (2005:3)
sebagai berikut :
- Dorongan ingin tahu besar
- Sering mengajukan pertanyaan yang baik
- Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah
- Bebas dalam menyatakan pendapat
- Mempunyai rasa keindahan
- Menonjol dalam salah satu bidang seni
- Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain
- Memiliki rasa humor tinggi
- Daya imajinasi kuat
- Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan, gagasan, karangan, pemecahan masalah)
- Dapat bekerja sendiri
- Kemampuan elaborasi (mengembangkan atau memerinci) suatu gagasan.
Selain itu ciri-ciri kreativitas dapat dilihat dari seseorang yang memiliki rasa ingin tahu (sense of curiosity), kebutuhan untuk berprestasi (need of achievement), dapat beradaptasi (adaptable) dan memiliki kemampuan menempuh resiko.
Prestasi
diri merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan, dan akan optimal
jika dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan.Dalam kaitannya
dengan anak berbakat dinamakan anak lantib,
Gardner memiliki pandangan yang berbeda, ia menyatakan bahwa
"keberbakatan" manusia bukanlah berdasarkan skor tes standar semata,
namun sebagai:
1. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.
2. Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.
3. Kemampuan
untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan
penghargaan dalam budaya seseorang (Sumadi, Soetjipto,2006).
Anak berbakat (anak Lantib) dibedakan dari anak jenius. Anak jenius disebut juga anak berbakat taraf sangat tinggi (highly gifted)
yang sangat jarang ditemukan sedangkan anak berbakat banyak ditemukan
di sekolah-sekolah. Ada lima macam keberbakatan, yaitu (1) keberbakatan
intelektual, (2) keberbakatan akademik,(3) keberbakatan kreatif, (4)
keberbakatan kepemimpinan dan sosial, dan (5) keberbakatan seni. Namun
demikian dalam konteks Multiple Intelligences terdapat delapan keberbakatan.
Analisis dari Bloom tentang Lantib pada Peserta Olympiade Science:
Pertama,
memiliki kemampuan luar biasa tinggi untuk mencurahkan sejumlah besar
waktu dan usaha untuk mencapai suatu standar yang tinggi. Karakteristik
ini telah ada pada usia 5 atau 8 tahun dan menjadi semakin bertambah
setelah orang-orang tersebut menerima pengajaran beberapa tahun.
Kedua, memiliki sifat kompetitif dengan teman sebaya dalam bidang talent tersebut dan memiliki kebulatan tekad untuk melakukan yang terbaik.
Ketiga, memiliki kemampuan belajar secara cepat tentang teknik-teknik baru, ide-ide, dan proses dalam bidang talent tersebut.
Karakteristik Lantib menurut Kitano dan Kirby dalam Jarecky:
• fisik yang menarik dan rapi dalam penampilan;
• diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa;
• keterlibatan dalam beberapa kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan positif dan konstruktif;
• kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh teman sebayanya;
• memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang (egalitarian) dan jujur;
• perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa;
• bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan dengan situasi;
• mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa;
• mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain; dan
• memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas, humor, dan pemahaman.
Seperti
yang telah dilakukan mereka yang telah berprestasi. Prestasi akan
mencapai hasil yang bagus jika dalam situasi dan kondisi saat kesempatan
pengembangan bakat (lantib) dipenuhi. Hal ini bisa diperoleh dari guru
yang memberikan peluang kepada siswa untuk berkembang potensinya secara
optimal. Kepribadian guru dapat membantu siswa untuk berprestasi antara
lain :
- Bersikap terbuka terhadap hal-hal baru
- Peka terhadap perkembangan anak baik secara fisik maupun psikis
- Mempunyai pertimbangan luas dan dalam
- Penuh pengertian
- Mempunyai sifat toleransi
- Mempunyai kreativitas yang tinggi
- Bersikap ingin tahu
Selain
memiliki kepribadian guru juga harus memiliki hubungan sosial dengan
siswa yang dapat mendorong timbulnya prestasi yaitu suka dan pandai
bergaul dengan anak berbakat serta memahami kesulitan yang dihadapi anak
tersebut, dapat menyesuaikan diri dan mudah bergaul serta mampu
memahami dengan cepat tingkah laku orang lain. Untuk anak berbakat
memang harus ada perhatian khusus dari guru karena kadang-kadang mereka
bertindak berbeda dengan teman lainnya. Misalnya bertanya secara kritis,
meminta perhatian lebih bahkan terkadang seperti melawan guru. Untuk
itu kebesaran hati dari guru untuk tidak bertindak negatif, tetapi malah
lebih memperhatikan mereka sehingga dapat memperlihatkan bakatnya.
Selain
guru, peran orangtua juga tidak kalah pentingnya dalam mengembangkan
potensi diri yang dimiliki anak untuk menjadi prestasi diri sesuai
kemampuannya. Meskipun hak utama pengajaran yang utama ada di tangan
orangtua, tetapi alangkah baiknya jika orangtua tidak memaksakan
kehendaknya kepada anaknya untuk menjadi apa kelak. Orangtua seharusnya
bersikap demokratis dalam arti menyerahkan kepada anak mau menjadi apa
kelak, tetapi tetap di sampingnya untuk selalu mendampinginya dan
mengingatkannya jika mereka salah. Orangtua selalu memberikan fasilitas,
doa dan dorongan demi keberhasilan anaknya.
Peran
masyarakat juga tidak kalah pentingnya, karena bagaimanapun hebatnya
seseorang berprestasi jika tidak dapat dirasakan manfaatnya secara
langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat tentu tidak bermakna.
Berbeda jika hasil prestasi dirinya dapat dirasakan masyarakat tentu
akan lebih bermakna, seperti prestasi Tim bulutangkis Indonesia,
kemenangan Tim Olimpiade Fisika Indonesia maupun temuan Nutrisi Saputra
oleh Usman Hasan Saputra. Peran masyarakat juga bisa dengan memberikan
dukungan dana dalam suatu prestasi yang dicapai seseorang, misalnya
memberikan hadiah, atau memberikan biaya penelitian sehingga
menghasilkan suatu prestasi.
Semua
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan, seseorang yang punya
potensi diri akan mampu menunjukkan prestasi diri dengan motivasi yang
kuat dengan dukungan keluarga, guru dan masyarakat. Peran guru bisa
diganti oleh pelatih maupun seseorang yang punya kepedulian seperti
Yohanes Saputra dalam Tim Olimpiade Fisika Indonesia ataupun Ir Ciputra
dalam penelitian Nutrisi Saputra oleh Umar Hasan Saputra.
Kebutuhan untuk berprestasi terjemahan dari need of achievement sebagaimana dikemukakan John Atkinson dan David Mc Clelland pada tahun 1940-an. Kebutuhan berprestasi atau n-ach tercermin dari perilaku individu yang selalu mengarah pada suatu standar keunggulan (standar of exellence).
Orang-orang yang mempunyai perilaku seperti ini menyukai tugas-tugas
yang menantang, tanggung-jawab secara pribadi, dan terbuka untuk umpan
balik guna memperbaiki prestasi inovatif-kreatifnya (Irwanto, 1991:
206). Hal inilah yang harus dimiliki oleh seseorang supaya dapat
berprestasi, jika dikaitkan dengan teori Maslow maka hal ini dapat
dikatakan merupakan kebutuhan aktualisasi diri.
Berbagai upaya untuk mencapai prestasi dapat dilakukan dengan cara-cara sebagaimana dikemukakan oleh Sujiyanto (2004:6) yaitu :
1. Kreatif dan inovatif
Kreatif
dan inovativ merupakan upaya memiliki daya cipta, dan kemampuan untuk
menciptakan sesuatu hal. Sedangkan inovatif berarti memperkenalkan
sesuatu yang baru bersifat pembaharuan, upaya berprestasi dengan cara
memperbarui atau menyempurnakan metode, sistem, atau strategi yang ada
menjadi lebih sesuai atau relevan dengan perkembangan jaman.
Ciri-cirinya antara lain peka terhadap lingkungan, dinamis dan
progresif, dan terbuka.
2. Tanggung-jawab
Tanggung
jawab merupakan kewajiban yang harus dilakukan atau dikerjakan oleh
seseorang atau sekelompok orang untuk menyelesaikan tugas yang
diterimanya dengan sebaik mungkin. Untuk itu bisa dilakukan dengan cara
skala prioritas, fokus program dan penjadwalan dan optimalisasi kegiatan
secara terpadu. Seseorang yang bertanggungjawab akan dapat berprestasi
dengan baik karena dia telah menyelesaikan kewajibannya dengan baik
sesuai yang telah disepakati sebelumnya. Tanggungjawab tidak hanya pada
diri sendiri, tetapi juga pada masyarakat dan yang paling tinggi pada
Tuhan YME.
3. Bekerja keras
Orang
yang suka bekerja keras disayang Tuhan, kalian tentu ingat sholatlah
kamu seolah akan mati esok hari dan bekerjalah dengan keras seolah kamu
akan hidup 1000 tahun lagi. Ini berarti setiap orang akan serius dalam
mengerjakan sesuatu. Akan mengoptimalkan seluruh daya dan upaya demi
tercapainya suatu prestasi diri dengan bekerja keras.
4. Memanfaatkan Sumber Daya
Walaupun
manusia sebagai mahluk yang paling sempurna di dunia ini tetapi tidak
dapat hidup sendiri, harus membutuhkan sumber daya yang ada di
sekitarnya. Memanfaatkan sumber daya alam dan bekerjasama dengan manusia
lainnya demi tercapainya tujuan.
Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan untuk Mewujudkan Prestasi Diri.
Sebagai
mahluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah
yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan
harus mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang
berlaku. Untuk itulah setiap individu dituntut untuk menguasai beberapa
ketrampilan seperti ketrampilan pribadi, ketrampilan sosial, ketrampilan
akademik dan ketrampilan dalam bidang tertentu.
Dalam
hubungannya dengan prestasi diri dan sebagai mahluk sosial maka
penekanan lebih pada ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan
penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya, biasanya disebut dengan
aspek psikososial. Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak
masih anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat
anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya,
memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dan
sebagainya. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka
akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya
sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat saat ia remaja atau
dewasa.
Menurut
Zainun Mu’tadin (2006:1) ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian
diri menjadi semakin penting dan krusial manakala anak sudah menginjak
masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah
memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan
lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam
menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat
menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung
berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial),
dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan
terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan
kekerasan, dan sejenisnya. Keadaan ini dinamakan prestasi diri yang
negatif atau gagal. Tentu sangat susah untuk membuat mereka berperan
serta dalam berbagai aktivitas yang berujung pada prestasi, atau
memiliki prestasi diri yang positif atau sukses.
Berdasarkan
kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk
menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal
tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan.Hal ini
penting sekali karena seseorang yang punya potensi sekalipun tidak
selamanya akan selalu sukses. Kadangkala dia akan mengalami kegagalan.
Tetapi menanamkan pengertian bahwa kegagalan adalah sukses yang tertunda
adalah penting sekali, sehingga dia akan terpacu untuk mencoba lagi
sampai berhasil.
Salah
satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam
fase perkembangan masa remaja adalah memiliki ketrampilan sosial (social skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-ketrampilan sosial tersebut meliputi :
1. Kemampuan berkomunikasi
2. Menjalin hubungan dengan orang lain
3. Menghargai diri sendiri dan orang lain
4. Mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain
5. Memberi atau menerima feedback
6. Memberi atau menerima kritik
7. Bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku.
Apabila
ketrampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka
ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini
berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek
psikososial dengan maksimal sehingga dia akan dapat berprestasi.
Menurut hasil studi Davis dan Forsythe (1984), dalam kehidupan remaja terdapat delapan aspek yang menuntut ketrampilan sosial (social skill) yaitu :
- Keluarga
- Lingkungan
- Kepribadian
- Rekreasi
- Pergaulan dengan lawan jenis
- Pendidikan/sekolah
- Persahabatan dan solidaritas kelompok
- Lapangan Kerja
Hubungannya
dengan prestasi diri maka seorang remaja dalam pengembangan aspek
psikososialnya, harus dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan kondisi yang kondusif sehingga membuat tercapainya prestasi
diri. Di bawah ini adalah beberapa hal yang dapat berpengaruh bagi
pengembangan aspek psikososial remaja :
1. Keluarga
Keluarga
merupakan tempat yang pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan
pendidikan. Jika seorang anak memperoleh kepuasan psikis dalam keluarga,
maka akan sangat menentukan bagaimana dia akan bereaksi terhadap
lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis
atau broken home dimana
anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka anak tersebut
sulit mengembangkan ketrampilan sosialnya. Hal ini dapat terlihat dari :
- kurang adanya saling pengertian (low mutual understanding)
- kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan orangtua dan saudara
- kurang mampu berkomunikasi secara sehat
- kurang mampu mandiri
- kurang mampu memberi dan menerima sesama saudara
- kurang mampu bekerjasama
- kurang mampu mengadakan hubungan yang baik
Dengan
memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka amatlah penting bagi
orangtua untuk menjaga agar keluarga tetap harmonis. Keharmonisan dalam
hal ini tidaklah selalu identik dengan adanya orangtua utuh (Ayah dan
Ibu), sebab dalam banyak kasus orangtua sendiri (single parent) terbukti
dapat bersifat efektif dalam membantu perkembangan psikososial anak.
Hal yang paling penting diperhatikan oleh orangtua adalah menciptakan
suasana yang demokratis di dalam keluarga. Suasana yang mendukung
tercapainya prestasi diri.
2. Lingkungan
Anak-anak
harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan sejak dini, meliputi
lingkungan fisik (rumah,pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga).
Selain itu lingkungan juga meliputi lingkungan keluarga (batih/inti dan
keluarga besar), lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas.
Dengan pengenalan lingkungan maka sejak dini anak sudah mengetahui bahwa
dia memiliki lingkungan sosial yang luas, tidak hanya terdiri dari
orangtua, saudara (keluarga inti), atau kakek dan nenek saja (keluarga
besar). Dengan melaksanakan kegiatan sejenis anak akan semakin bertambah
wawasannya.
3. Kepribadian
Secara
umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari
kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak selalu demikian. Yang
tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya. Untuk itulah
amat penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan
penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik
cenderung diremehkan. Untuk itu, orangtua perlu memberikan penanaman
nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa
mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan. Akan
tetapi dalam hal tertentu memang tetap harus memperhatikan penampilan,
karena sedikit banyak kepribadian seseorang memang kadang dapat dilihat
dari penampilan seseorang. Oleh karena orang yang berkepribadian baik
biasanya selalu menghargai penampilannya.
4. Rekreasi
Rekreasi
merupakan kebutuhan sekunder yang sebaiknya dapat terpenuhi. Dengan
rekreasi seseorang akan merasa mendapat kesegaran baik fisik maupun
psikis, sehingga terlepas dari rasa capai, bosan, monoton serta
mendapatkan semangat baru. Akhirnya akan muncul ide dan kreativitas
baru.
5. Pergaulan dengan Lawan Jenis
Untuk
dapat menjalankan peran menurut jenis kelamin, maka anak dan remaja
seyogyanya tidak dibatasi pergaulannya hanya dengan teman-teman yang
memiliki jenis kelamin yang sama. Pergaulan dengan lawan jenis akan
memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex role behavior (peran
perilaku jender) yang menjadi sangat penting dalam persiapan
berkeluarga maupun ketika sudah berkeluarga. Tentu saja tetap harus
memperhatikan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
6. Pendidikan
Pada
dasarnya sekolah mengajarkan berbagai ketrampilan kepada anak. Salah
satu ketrampilan tersebut adalah ketrampilan-ketrampilan sosial yang
dikaitkan dengan cara-cara belajar yang efisien dan berbagai teknik
belajar sesuai dengan jenis pelajarannya. Dalam hal ini peran orangtua
adalah menjaga agar ketrampilan-ketrampilan tersebut tetap dimiliki oleh
anak atau remaja dan dikembangkan terus-menerus sesuai tahap
perkembangannya.
7. Persahabatan dan Solidaritas Kelompok
Pada
masa remaja peran kelompok dan teman-teman amatlah besar. Tidak jarang
mereka lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan urusan
keluarganya. Hal tersebut merupakan suatu yang normal sejauh kegiatan
yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak
merugikan orang lain. Dalam hal ini orangtua perlu memberikan dukungan
sekaligus pengawasan agar remaja dapat memiliki pergaulan yang luas dan
bermanfaat bagi perkembangan psikososialnya.
8. Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri
Untuk
membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka sejak awal anak
diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan
kekurangannya) yaitu potensi dirinya, agar mampu mengendalikan dirinya
sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif. Agar anak dan remaja
mudah menyesuaikan diri dengan kelompok, maka tugas orang tua/pendidik
adalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk menerima dirinya,
menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya. Dengan cara
ini, remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari
orang lain/kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan memiliki
solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang
lain/kelompok.
Selain
itu anak harus diajarkan sejak dini untuk dapat memilih prioritas
tugas-tugas yang harus segera diatasi, bukan menunda atau mengalihkan
perhatian pada tugas yang lain. Karena itu sejak awal sebaiknya orang
tua atau pendidik telah memberikan bekal agar anak dapat memilih mana
yang penting dan mana yang kurang penting melalui pendidikan disiplin,
tata tertib dan etika.
Masih
banyak cara-cara lain yang bisa dipergunakan untuk meningkatkan
ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri remaja. Kalianpun
bebas memilih cara-cara yang tepat sesuai dengan kebutuhan kalian
sehari-hari.
Satu
hal yang harus selalu kita ingat adalah bahwa dengan membantu remaja
dalam mengembangkan ketrampilan sosial berarti kita telah membantu
mereka dalam menemukan dirinya sendiri sehingga mampu berperilaku sesuai
norma yang berlaku. Pada akhirnya mereka sebagai bagian dari generasi
muda dapat berperan serta dalam berbagai aktivitas dan berprestasi
dengan baik sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa.
Tugas:
Setelah memperhatikan uraian di atas, kerjakan beberapa pertanyaan berikut ini :
1. Mengapa setiap orang dapat memiliki prestasi diri yang berbeda ?
2. Bagaimana hubungan antara potensi diri dengan prestasi diri ?
3. Jelaskan apa dan siapa saja yang dapat membantu siswa untuk berprestasi ?
4. Sebutkan ciri-ciri orang yang mempunyai kebutuhan berprestasi (n-ach)!
5. Mengapa kreatif dan inovatif merupakan salah satu cara untuk mencapai prestasi diri ?
6. Jelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mewujudkan prestasi diri !
7. Apakah seorang anak yang berbakat (anak lantib) dapat mempercepat pencapaian prestasi dirinya?
8. Buatlah kliping yang menggambarkan peran serta seseorang sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa.
RAngkuman
Di
era globalisasi sekarang ini menuntut peran serta aktif dari warga
negaranya demi eksistensi suatu negara. Begitu juga dengan negara
tercinta Indonesia yang dikenal dengan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Untuk berperan serta secara aktif yang menjadi prestasi diri
bukan suatu hal yang mudah. Untuk itu seseorang harus mempunyai potensi
diri dan didukung oleh semangat/motivasi yang luar biasa dari dirinya,
didukung keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.
Untuk
berprestasi terlebih dahulu seseorang harus bisa mengenali potensi yang
ada pada dirinya. Potensi diri yang positif seperti memiliki idealisme,
dinamis dan kreatif, keberanian mengambil resiko,optimis dan kegairahan
semangat, kemandirian dan disiplin murni, fisik yang kuat dan sehat,
sikap ksatria, trampil dalam menerapkan IPTEK, kompetitif, daya pikir
yang kuat dan memiliki bakat harus terus ditumbuh kembangkan. Potensi
diri yang negatif seperti mudah diadu domba, kurang berhati-hati,
emosional, kurang percaya diri, dan kurang mempunyai motivasi hendaknya
dikurangi atau jika bisa harus dihilangkan.
Upaya
mencapai prestasi dapat dilakukan dengan cara-cara kreatif dan
inovatif, tanggung-jawab, bekerja keras, dan memanfaatkan sumber daya.
Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala
masalah yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan
sosial dan kita harus mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau
norma yang berlaku. Untuk itulah setiap individu dituntut untuk
menguasai beberapa ketrampilan seperti ketrampilan pribadi, ketrampilan
sosial, ketrampilan akademik dan ketrampilan dalam bidang tertentu.Dalam
hubungannya dengan prestasi diri dan sebagai mahluk sosial maka
penekanan lebih pada ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan
penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya, biasanya disebut dengan
aspek psikososial yang terdiri dari kemampuan berkomunikasi, menjalin
hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain,
mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau
menerima feedback, memberi
atau menerima kritik dan bertindak sesuai norma dan aturan yang
berlaku.Pada akhirnya seseorang akan bisa berperan serta dalam berbagai
aktivitas sesuai kemampuan demi keunggulan bangsa, menjadi manusia yang
unggul tanpa merasa sombong.