Welcome Meet the Great Education and Art - Let Us Doing Good and Truth Degrees For Lifting People * Dipersembahkan oleh STRINGTONE project *

2/04/2012

Kepemimpinan


Perilaku Kepemimpinan

Pengertian kepemimpinan sebagaimana diungkapkan oleh John M. Pfifner dan Robert Presthus dalam bukunya Public Administration (1967 : 88) antara lain : “Leadership is the art of coordinating and motivating individuals and groups to achieve desired ends”. Selanjutnya Keith Davis dalam bukunya Human Behavior at Work mengatakan bahwa “ Leadership is the ability to persuade others to seek defined objectives enthusiastically”. Suatu rumusan lain adalah dari James M. Black dalam bukunya Assignment : Management, A Guide to Executive Command (1961 : 5) “Leadership is the capability of persuading others to work together under their directions as a team to accomplish certain designated objectives”. Atau seperti dirumuskan oleh Theo Heimann  dan William G. Scott dalam bukunya Management in Modern Organization   (1974 : 349) “ A process by which peopele are directed, guided, and influenced in choosing and achieving goals” .
Berikutnya diungkapkan oleh Prayudi Atmosudirdjo dalam bukunya “Beberapa Pandangan Umum tentang Pengambilan Keputusan” (1976 : 55 - 58) bahwa :
(1)    Kepemimpinan dapat dipandang sebagai pangkal penyebab daripada kegiatan-kegiatan, proses, atau kesediaan untuk berubah pandangan atau sikap (mental/fisik) daripada sekelompok orang-orang, baik dalam hubungan organisasi formil maupun informil ;
(2)    Kepemimpinan dapat pula dirumuskan sebagai suatu “Kepribadian” (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada sekelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, sesuatu “kekuatan” atau “wibawa”, yang sedemikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang dikehendakinya ;
(3)    Kepemimpinan adalah pula suatu “seni” (art), “kesanggupan” (ability), atau “tehnik” (technique) untuk membuat sekelompok orang-orang (bawahan dalam organisasi formil) atau para pengikut atau (simpatisan dalam organisasi yang informil)  mengikuti atau mentaati segala apa yang dikehendakinya, membuat mereka begitu antusias atau bersemangat untuk mengikutinya, bahkan ada yang sanggup berkorban ;
(4)    Kepemimpinan adalah memprodusir dan memancarkan “pengaruh” (influence) terhadap sekelompok orang-orang tertentu, sehingga mereka bersedia (willing) untuk berubah pikiran, pandangan, sikap, kepercayaan, dan sebagainya ; di dalam suatu organisasi formil, maka Leadership itu merupakan suatu proses yang terus menerus, yang membuat semua anggota organisasi bergiat dan berdaya upaya untuk memahami dan mencapai tujuan-tujuan yang ditentukan oleh pimpinan ;
(5)    Kepemimpinan dapat pula merupakan suatu “sikap” (attitude) atau “sikap kelakuan” atau “tingkah laku” atau “perilaku” (behavior) yang sedemikian agungnya, atau “gagah”nya atau “mengagumkan”nya, sehingga mendatangkan kepercayaan, perasaan aman terlindung, dan merupakan suatu “teladan” (example) bagi sekelompok orang-orang tertentu, baik dalam hubungan organisasi formil maupun informil, sehingga mereka mau diatur, dibina dan diarahkan kegiatan-kegiatan dalam lingkungan organisasi formil dan informil, maka sikap kelakuan itu dapat berupa sikap yang correct (tertib, adil, wajar), zakelijk (menurut duduk dan proporsi perkara), tetapi tetap luwes dan penuh sifat-sifat kemanusiaan, walaupun memakai peraturan-peraturan (regulations), pedoman-pedoman tertulis (manuals), instruksi-instruksi, deskripsi jabatan (job description), standar-standar, dan tindakan-tindakan disiplin, dan sebagainya, yang mendatangkan rasa aman, adil, dan ada rasa “kepastian nasib”, pada para anggota organisasi ;
(6)    Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai suatu “bentuk persuasi” Form of persuasion), suatu seni pembinaan sekelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui “Human Relations” dan “Motivasi” (Motivation) yang tepat, sehingga mereka tanpa adanya rasa takut mau bekerjasama dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi ; pandangan ini terutama disukai oleh mereka yang tidak suka kepada cara-cara paksaan, tekanan halus atau kasar, tidak suka kepada “drivership” (penggiringan, pengerahan) atau sikap “otoriter” (sikap cari benarnya atau menangnya sendiri) ;
(7)    Kepemimpinan bisa juga dipandang sebagai suatu “Sarana”, suatu instumen atau alat , untuk membuat sekelompok orang-orang mau bekerjasama dan berdaya upaya, mentaati sgala sesuatunya, untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditentukan ; dalam rangka pandangan ini, maka Leadership dipandang sebagai “dinamika” daripada suatu organisasi, yang membuat orang-orang bergerak, bergiat, berdaya upaya bersama secara “kesatuan organisasi” untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi ;
(8)    Kepemimpinan dapat pula disorot dari segi “kekuatan” (power) yang dikembangkan untuk mengatasi dan mengendalikan kekuatan-kekuatan yang dikembangkan oleh bawahan, secara perorangan  atau berkelompok, yang disebabkan oleh “hukum alam” untuk “menentang atau melawan” setiap kekuatan yang dirasakan sebagai “tekanan” terhadap diri seorang untuk berubah sikap mental atau jasmaniah (law of resistance to power or change) ; memang di dalam kehidupan kemasyarakatan selalu terdapat semacam “pergulatan” atau “persaingan” dalam hal kekuatan dan kekuasaan, demikian pula di dalam suatu organisasi formil dan informil ;
(9)    Kepemimpinan merupakan suatu hasil atau efek , resultat atau resultante, daripada berbagai macam interaksi sosial yang terjadi antara seorang “Pemimpin” dan orang-orang yang “dipimpin”; terhadap setiap stimulus atau aksi atau pernyataan kehendak daripada seseorang termasuk seorang Pemimpin, selalu akan terjadi suatu respon atau reaksi atau jawaban, baik negatif (konflik persaingan) maupun positif (kerjasama, ketaatan), sedangkan Kepemimpinan adalah interaksi sosial yang positif, artinya segala perbuatan (stimuli) daripada si pemeimpin mendatangkan tanggapan atau reaksi yang positif berupa ketaatan dan kemauan untuk berdaya upaya mencapai segala apa yang dikehendaki oleh si pemimpin ;
(10)           Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai suatu “peranan”  (role) yang harus dimainkan/dijalankan oleh seorang yang berperan, berkedudukan sebagai pemimpin. Di dalam menjalankan suatu peranan, kita selalu harus berhubungan dengan orang-orang lain yang berkedudukan dan berperan tertentu pula. Kepemimpinan dalam hal ini merupakan peranan yang harus dijalankan sedemikian rupa sehingga setiap orang mau menjalankan peranan masing-masing dengan sebaik-baiknya menuju ke tercapainya tujuan-tujuan organisasi yang ditentukan ;
(11)           Kepemimpinan, terutama dalam memimpin suatu organisasi yang terdiri atas unsur-unsur (a) Struktur, (b) Orang-orang yang masing-masing memegang dan menjalankan jabatan-jabatan, dan (c) Sistema (Systems) yang merupakan tatacara kerjasama antara para pemegang jabatan (sekaligus anggota organisasi), adalah suatu keseluruhan daripada kegiatan-kegiatan yang membuat organisasi menjadi “hidup”, dan orang-orang melakukan segala sesuatunya menurut jabatan dan posisi (kedudukan) masing-masing, bekerjasama menurut sistema (yang diatur dalam berbagai peraturan, rencana, instruksi, kebijaksanaan, dan sebagainya) dan struktur, menuju ke tercapainya segala macam tujuan organisasi yang telah ditentukan.

Perilaku kepemimpinan biasanya nampak dari cara seseorang administrator mengembangkan pola hubungan dengan bawahannya, terutama pola penggunaan kekuasaan  jabatan yang dimilikinya serta dalam menata struktur pekerjaan yang harus dilakukan atau dikerjakan oleh para pelaksananya. Hal ini sesuai dengan pandangan Richard M. Steers (Steers, 1977, h. 153-154) yang antara lain menyatakan “Bahwa tanggung jawab dan aktivitas pokok para manager adalah menetapkan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan diantara aturan-aturan dan prosedur-prosedur resmi organisasinya, yang seringkali sangat kaku dan tidak tanggap terhadap kebutuhan bawahan secara individual.
Kebijakan memberikan atau memegang fungsi-fungsi tertentu yang berguna bagi kehidupan organisasi, karena :
(a)    Kebijakan memberikan petunjuk dan pegangan untuk pembuatan keputusan rutin yang dapat dilakukan oleh para pelaksana tanpa meneliti lagi aturan-aturan resmi dan pula memungkinkan adanya keseragaman dalam kualitas keputusan serta dalam perilaku bawahan.
(b)   Kebijakan memungkinkan terjadinya fleksibilitas tindakan dan mempertinggi kemampuan adaptasi terhadap situasi lingkungan yang cenderung untuk berubah.
(c)    Kebijakan memperkecil kemungkinan berulangnya kesukaran yang sama sebagai akibat dari kekakuan aturan-aturan resmi.
Namun di samping kebaikan-kebaikan dan manfaat tersebut, Steers juga mengingatkan kepada kita adanya bahaya dari kebijakan yang ditempuh pimpinan. Kebijakan yang diambil pemimpin memungkinkan terjadinya pengulangan tindakan-tindakan yang menyalahi peraturan-peraturan resmi”.
Di lain pihak, Rensis Likert dalam bukunya yang berjudul “New Patterns of Management” (Likert, 1961, h. 103-105) menyarankan bahwa pemimpin yang baik hendaknya menerapkan tiga prinsip dasar sebagai berikut :
(a)    The principle of supportive relationship,
(b)   Group decision making,
(c)    High performance goals.
Untuk menerapkan prinsip “supportive relationship”, dipersyaratkan agar kepemimpinan dengan segala proses yang terjadi dalam organisasi harus mampu menjamin terjadinya peluang yang seluas-luasnya bagi tumbuhnya interaksi dan hubungan-hubungan antar individu yang mempunyai latar belakang, nilai-nilai, keinginan dan harapan-harapan yang berbeda-beda. Anggota-anggota organisasi hendaknya merasa bahwa apa yang terjadi dan dialaminya dalam organisasi merupakan pendorong dan menjadikan rasa dirinya berharga dan penting.
Prinsip kedua, adalah “group decision making”, menurut Likert dapat dikembangkan melalui azas “overlapping group structure”. Azas ini menempatkan seseorang pejabat pimpinan pada suatu posisi seolah-olah dia berada dalam suatu ruang (linking pin) antara ruang lingkup pejabat atasannya dengan para pejabat di bawahnya.